> >

Epidemiolog Dicky Budiman Sebut Dihapusnya Angka Kematian Covid-19 Berbahaya

Update corona | 11 Agustus 2021, 16:08 WIB
Pakar Epidemiologi Universitas Grifftith Australia, Dicky Budiman (Sumber: KompasTV)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Dihapusnya angka kematian sebagai indikator penanganan Covid-19 oleh pemerintah membuat epidemiolog Dicky Budiman angkat bicara.

Menurut salah satu penasihat pemerintah Indonesia ini, penghapusan angka kematian karena pertimbangan masalah dalam input data yang disebabkan akumulasi kasus kematian beberapa minggu sebelumnya adalah berbahaya.

Dicky Budiman sempat mencuitkan pendapatnya di akun Twitter @drdickybudiman yang berbunyi, "Data kematian adalah ukuran vital kesehatan suatu populasi, memberikan informasi  pola penyakit yang menyebabkan kematian dari waktu ke waktu. "Pola kematian menjelaskan perbedaan & perubahan status kesehatan, mengevaluasi strategi
kesehatan, memandu perencanaan, dan pembuatan kebijakan."

Baca Juga: Menko Luhut: Akumulasi Angka Kematian Covid-19 Jadi Masalah, Bikin Distorsi

"Langkah yang diambil pemerintah bukan cuma salah dan keliru, tetapi berbahaya karena indikator kematian adalah kunci saat pandemi atau wabah," ujarnya, seperti yang dikutip dari Kompas.com, Rabu (11/8/2021).

Indikator angka kematian bukan hanya untuk melihat intervensi di hulu, melainkan juga untuk menilai derajat keparahan dari suatu wabah.

Peneliti dan praktisi Kebijakan Keamanan Kesehatan Global di Pusat Kesehatan Lingkungan dan Populasi Griffith University Australia itu menegaskan semua penyakit memerlukan indikator kematian, baik itu yang ada kaitannya dengan wabah penyakit atau tidak seperti kanker, stroke, dan diabetes.

"Ini perlu dilakukan supaya bsa dilihat performa program dalam penanganan penyakit tertentu, menjadi masalah serius atau tidak," ucapnya.

Ia berpendapat, dihapusnya angka kematian Covid-19 juga bisa menimbulkan salah interpretasi, strategi, termasuk salah ekspektasi. Statistik angka kematian penting untuk menginformasikan bagaimana performa kebijakan kesehatan, strategi, dan dampak terhadap strategi yang juga meliputi sosial dan ekonomi. 

Ia tidak menampik dalam tataran nasional semua negara memerlukan statistik angka kematian yang akurat dan tepat waktu. Namun jika tidak akurat dan tepat waktu, bukan lantas dihapuskan. 

Dalam cuitan lainnya, Dicky menulis, "Respons pandemi ditujukan antara lin untuk mengurangi kematian. Karena itulah, memahami berapa banyak kematian yang terjadi sangat penting sebagai tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan intervensi yang dilakukan. Kapasitas pelaporan yang terbatas harus diperbaiki."

Baca Juga: Luhut Ungkap Perintah Jokowi: Kami Diminta Mati-matian Tekan Angka Kematian Covid-19
 

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU