Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Kematian Misterius Otto Iskandar Dinata
Sosok | 11 Agustus 2021, 05:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Nama pahlawan Otto Iskandar Dinata sudah tak asing lagi. Sebagian kota di Indonesia menjadikannya nama jalan. Bahkan, pernah menghiasi uang lembaran dua puluh ribuan.
Otto adalah pahlawan nasional yang nasibnya sangat malang. Dia dibunuh di Pantai Mauk, Tangerang, Banten, 20 Desember 1945, serta jasadnya tak pernah ditemukan sampai sekarang. Misteri pembunuhan Menteri Negara di awal proklamasi ini, tak terungkap sampai sekarang. Mungkin inilah kasus pembunuhan pejabat negara yang pertama dan paling misterius.
Ironisnya, dia mati hanya beberapa bulan setelah proklamasi, di mana Otto ikut serta dalam berbagai upaya dalam kemerdekaan Indonesia.
Dikutip dari buku "Otto Iskandar DInata, Riwayat Hidup dan Perjuangannya" disusun oleh Sutrisno Kutojo dan Mardanas Safwan, Otto adalah anggota dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, pada 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang yang mengesahkan Undang-undang Dasar 1945. "Pada malam harinya di gedung Pejambon anggota-anggota PPKI berkumpul lagi untuk memilih kepala negara. Dalam sidang itu, Otto Iskandar Dinata selalu hadir. Beliau malahan berdiri dan mengusulkan supaya Ir.Soekarno dan Drs. Moh. Hatta segera dipilih sebagai presiden dan wakil presiden," demikian buku tersebut menjelaskan.
Usul Otto diterima secara bulat oleh semua peserta yang hadir. Dengan begitu, republik yang berumur sehari itu memiliki presiden dan wakilnya berkat usul Otto Iskandar Dinata.
Sementara Otto diangkat sebagai Pemimpin Badan Pembantu Prajurit (BPP) sekaligus Menteri Negara yang salah satu tugasnya adalah mengkoordinasikan dan megkonsolidasikan berbagai laskar perjuangan yang ada seperti Badan Keamanan rakyat, yang kemudian menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Namun pergolakan revolusi masih memanas. Situasi negara usai proklamasi belum stabil, sering terjadi pemberontakan dan pertempuran.
Pagi hari di bulan Oktober, sesudah sarapan, Otto kedatangan tamu yang mengajaknya untuk rapat. Tanpa curiga dia pun ikut bersama tamu yang tidak dia kenal pasti itu. Sejak itu, dia tidak pernah kembali ke rumah.
Hingga tersiar kabar, pada 20 Desember 1945, Otto dinyatakan gugur tanpa diketahui jasadnya. Penetapan tanggal kematian itu, hanya berdasarkan kesaksian seorang nelayan yang melihat dari kejauhan ada jasad yang dipancung dan mayatnya dilarung di laut.
Sekitar 14 tahun kemudian, sosok eksekutor itu diketahui bernama Mujitaba dan dibawa ke pengadilan. Namun, siapa yang mengorder pembunuhan "Si Jalak Harupat" (sebutan Otto) itu? tidak diketahui sampai sekarang.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV