Cat Pesawat Kepresidenan Dibawa ke Urusan Politik, Ngabalin: Betul-betul Kampungan
Berita utama | 5 Agustus 2021, 13:04 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan Ali Mochtar Ngabalin menilai pihak yang mengkaitkan perawatan dan pengecatan pesawat kepresidenan dengan bendera partai politik kampungan.
“Ada pergantian warna Pesawat Kepresidenan ya dari biasa Anda lihat putih biru, sekarang mau dibikin warna lambang negara merah putih, ada yang sakit perut, lailahailallah, dibawa-bawa ke urusan politik, memang betul-betul kampungan,” kata Ali Mochtar Ngabalin, Kamis (5/8/2021).
“Tidak ada hak paten orang dalam menguasai suatu warna, kok warna jadi persoalan, kok jadi dibawa ke presiden, kenapa presiden bikin merah putih, betul-betul kampungan banget sih lo.”
Dijelaskan Ngabalin, Pesawat Kepresidenan sudah berusia 7 tahun dan secara teknis memang harus menjalani perawatan. Hal ini perlu dilakukan untuk keselamatan penerbangan Presiden Jokowi saat menggunakan untuk kunjungan kerjanya.
Baca Juga: Pengamat: Perawatan dan Cat Ulang Pesawat Dihitung dari Tahun Kalender, Bukan Usia Jam Terbang
“Over all harus diperiksa, kemudian akan dicat lagi, dicat merah putih Pesawat Kepresidenan. Jadi persoalan kita memang banyak sekali tidak semua tokoh, pakar, atau yang mengklaim diri opinion leader itu menulis sesuka hatinya di media sosial mereka masing-masing,” ujar Ngabalin.
“Kenapa sih tidak tabayun, tidak klarifikasi, tanya dulu kek sesuka hati menulis kemudian ngerocos komentar sesuka hati. Kalau ditanya kita bisa jelaskan.”
Ngabalin lebih lanjut menegaskan dan memastikan tidak ada anggaran Covid-19 yang terganggu dengan perawatan dan pengecatan pesawat kepresidenan.
Sebab, lanjut Ngabalin, anggaran untuk perawatan dan pengecatan pesawat kepresidenan sudah dianggarkan APBN sejak 2019.
Sebelumnya, Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman menegaskan, untuk perawatan dan pengecatan pesawat yang diberlakukan bukanlah usia jam terbang tetapi dari tahun kalender.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV