> >

Sejarawan: Jakarta Saksi Keterkaitan Sepakbola dan Gerakan Kebangsaan

Sosial | 29 Juli 2021, 06:38 WIB
Ketua PSSI pertama Soeratin membuka pertandingan sepakbola di zaman penjajahan Belanda (Sumber:KOMPAS.COM)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Sejarawan Universitas Indonesia JJ Rizal mengatakan Jakarta adalah saksi sejarah terbentuknya keterkaitan antara politik pergerakan nasional dengan olahraga, terutama sepakbola.

Di zaman penjahan,  ketika Mohammad Husni Thamrin menggerakkan terbentuknya klub sepakbola di Jakarta dengan menyandang kata "Indonesia" pada nama tengahnya, yakni Voetbalbond Indonesische Jacarta (VIJ), menjadi saksi bahwa sepakbola menjadi alat dalam gerakan kebangsaan.

"Belanda pun dibuat bingung itu klub untuk politik atau untuk olahraga, kan? Tapi pada waktu itu politik dan olahraga sudah kayak gigi dengan gusi, dekat sekali," kata Rizal saat menjadi pembicara dalam seminar virtual tentang Jakarta International Stadium (JIS), Rabu (28/7/2021). 

Baca Juga: Menpora Zainudin Amali Apresiasi Sikap PSSI dan PT LIB


Anggota Dewan Rakyat (Volksraad) itu juga yang mendorong agar VIJ menempuh jalan seperti Kongres Pemuda, untuk membentuk organisasi yang mewadahi para pesepakbola sebangsa dan se-Tanah Air dalam satu atap.

Para anggota VIJ itu pun memulai langkah pertama pembentukan wadah sepakbola sebangsa dan se-Tanah Air di Gedung Binnenhof, Jalan Kramat Raya, Jakarta. Langkah awal itu yang kemudian menarik sosok Soeratin Sosrosoegondo, untuk benar-benar terlibat aktif di dalamnya.

Akhirnya pada 19 April 1930, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) terbentuk dan Soeratin pula yang menjadi Ketua Umum yang pertama pada saat itu.

"Jadi Jakarta ini bukan hanya kota sepakbola, tapi juga tempat dimana sejarah terbentuknya wadah persepakbolaan Indonesia," kata Rizal.

Rizal menambahkan, sejarah persepakbolaan di Jakarta juga memberikan gambaran betapa dunia pergerakan nasional yang digagas oleh pemuda sangat dekat dengan pergerakan dalam dunia sepakbola, dan sepakbola itu menjadi Arsenal Politik kebangsaan.

"Contoh yang lebih konkret menurut saya pada 31 Mei 1932, Thamrin menjemput Soekarno saat dibebaskan dari penjara Belanda di Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat," kata Rizal.

Kemudian karena Bung Karno dilarang Pemerintah Kolonialisme untuk menampilkan diri secara terbuka dalam dunia politik, maka Thamrin menyediakan perhelatan lain untuk menampilkan Sang Proklamator RI di lapangan sepakbola Petojo di Jakarta Selatan.

Baca Juga: Atas Asas Kemanusiaan, PSSI Tunda Liga 1-3 hingga Akhir Juli

Di lapangan milik VIJ itu, Bung Karno melakukan kick off pertama untuk kompetisi PSSI, yaitu partai pembuka untuk pertandingan PSIM Yogyakarta melawan VIJ.

Jadi otomatis lapangan VIJ itu yang menjadi ruang bagi Soekarno mengumumkan kepada publik bahwa dirinya telah hadir kembali di lapangan pergerakan nasional, bukan di lapangan sepakbola.

Oleh karena itu, menurut Rizal, ruh kebesaran sejarah sepakbola Jakarta sebagai Arsenal Politik kebangsaan dengan kiprah para tokoh pahlawan nasional di dalamnya itulah yang harus jadi sandaran bagi Jakarta International Stadium untuk mengukir sejarah baru ke depannya.

"Seperti reaktor nuklirnya tokoh Tony Stark dalam banyak film garapan rumah produksi Marvel, maka ruh kebesaran sejarah sepakbola Jakarta itu harus menjadi reaktornya sejarah sepakbola di Jakarta bagi JIS di masa mendatang," kata Rizal.

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/ANTARA


TERBARU