Kisah Tim Pemulasaraan Jenazah Covid-19, Sedih Banyak Pemakaman hingga Diminta Tanggung Jawab
Berita utama | 22 Juli 2021, 05:58 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Di tengah pandemi, tenaga kesehatan dituntut bekerja optimal demi mengatasi wabah. Namun, nakes adalah salah satu kelompok paling rentan, salah satunya tim pemulasaraan jenazah pasien Covid-19.
Sementara, sebagian masyarakat menaruh curiga pada para nakes, termasuk tim pemulasaraan jenazah.
Hal ini dialami oleh anggota tim pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 di Kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Baca Juga: Termakan Hoaks Ambulans Kosong, Warga Rusak Ambulans SAR DIY di Bantul
Sehari-hari mereka mesti bekerja mengurusi jenazah pasien Covid-19 di tengah ancaman tertular dan tuntutan kerja.
“Kemarin itu ada yang tiga (meninggal dalam sehari). Ada yang dua, memang bertubi-tubi saat itu di Sunter Agung angka kematiannya kemarin akibat COVID-19 itu," tutur Warji, Rabu (21/7/2021), dikutip dari ANTARA.
Ada 5 tim pemulasaraan jenazah di Sunter Agung. Total ada 39 orang yang bekerja menangani jenazah pasien Covid-19.
Di Sunter Agung saja, banyak orang meninggal dunia akibat Covid-19. Bahkan, sempat ada 9 orang meninggal dalam sehari selama isolasi mandiri.
"Awalnya cukup banyak, sekitar sembilan orang. Tapi sekarang berangsur-angsur sudah mulai sedikit. Seminggu terakhir ini juga sudah enggak ada, moga-moga (yang isolasi mandiri) sudah pada sehat lah," ujar Lurah Sunter Agung, Danang Wijanarka.
Di sisi lain, tim pemulasaraan jenazah kadang dicurigai warga. Hal ini dialamai Achmad Mustofa, salah satu tim pemulasaraan di Sunter Agung.
"Kemarin di RW05 ya, kami disuruh tanggung-jawab dunia akhirat. Kami disuruh bertanggung jawab dunia-akhirat, kalau proses jenazahnya itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah Islam," kata Mustofa.
Perkaranya, tim pemulasaraan menangani jenazah pasien dengan tayamum atau proses penyucian menggunakan debu sesuai ajaran Islam.
Baca Juga: Vaksinasi Dianggap Efektif Tekan Kematian, 5,1 Juta Pasien yang Sudah Divaksin, 54 Meninggal
Penanganan ini sudah sesuai standar prosedur operasional penanganan jenazah yang diterbitkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu
Sementara, keluarga jenazah pengidap COVID-19 itu ingin petugas memandikan jenazah menggunakan air.
Mereka beralasan, jenazah perempuan itu setelah keguguran. Ajaran Islam mengatur jenazah setelah keguguran dalam masa nifas perlu dimandikan.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Antara/Tribunnews