> >

Kabareskrim Polri Akui Masyarakat Masih Percaya Hoaks Dokter Lois

Peristiwa | 19 Juli 2021, 18:41 WIB
Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Andrianto memberikan keterangan pers usai pelantikan di Gedung Bareskrim Polri, Rabu (24/2/2021). (Sumber: ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA via Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto mengakui masyarakat masih memercayai hoaks tentang Covid-19 yang disampaikan dokter Lois Owien di beberapa platform media sosial.

"Sudah banyak yang menjadi korban meninggal dunia karena Covid-19, kok masih percaya hoaks," kata Agus di Jakarta, Senin (19/7/2021).

Baca Juga: IDI Tunggu Hasil Pemeriksaan Polisi Terkait Kasus Penyebaran Hoaks Covid-19 oleh Dokter Lois

Diketahui, dokter Lois telah ditetapkan menjadi tersangka penyebar hoaks tentang penanganan Covid-19 dalam beberapa pernyataannya di media sosial.

Salah satu pernyataan hoaks yang disampaikannya adalah mengenai pasien Covid-19 yang meninggal dunia karena adanya interaksi obat yang bermacam-macam.

Dokter Lois pun tidak memercayai adanya Covid-19, sehingga ia memilih tidak menggunakan masker dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

Terkait hal itu, Agus mengatakan, bahwa manusia diciptakan secara beragam. Ada yang memiliki tubuh dengan daya tangkal Covid-19.

Tapi, ada pula yang tidak. Terlebih, saat ini adanya varian Delta yang memiliki daya tular sangat cepat dan mudah.

Baca Juga: Dokter Lois Owien Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Berlapis

Oleh karena itu, Agus mengingatkan, bahwa vaksinasi menjadi salah satu upaya mencegah penularan virus SARS-CoV-2 meluas.

Orang yang sudah divaksin, kata dia, memiliki daya tangkal terhadap virus. Artinya, kalau terpapar Covid-19 proses penyembuhannya lebih cepat.

"Allah tidak akan mengubah nasib setiap kaum dengan apa yang kita kerjakan. Mau vaksin, ya kalau terpapar virus coronanya tidak terlalu parah karena punya daya tangkal (proses illahiyah), yang enggak mau ya macam-macam risiko illahiyahnya," ujar Agus.

Karena itu, Agus mengajak kepada masyarakat agar bersedia divaksin karena pemerintah sudah menyiapkan vaksin Covid-19 secara gratis.

Menurut Agus, semakin banyak masyarakat divaksin, maka kekebalan kelompok atau herd immunity bisa segera terwujud.

Baca Juga: Dokter Lois Tidak Ditahan Meski Dijerat Pasal Berlapis Akibat Sebar Hoaks Covid-19

Hingga saat ini, baru 7,5 persen masyarakat Indonesia yang telah menerima vaksin dosis kedua. Sedangkan dosis pertama baru mencapai 19 persen.

Target vaksinasi secara nasional yakni mencapai 75 persen penduduk Indonesia.

"Pemerintah sudah siapkan fasilitas vaksin kepada masyarakat dengan gratis berkelanjutan, pilihannya kepada masyarakat sendiri," ujarnya.

"Yang punya komorbit tentu dengan pertimbangan dokter bisa diberikan atau tidak, harapannya yang lain berpartisipasi untuk mencapai imunitas komunal."

Lebih lanjut, Agus belum menyampaikan perkembangan terbaru dari pekara penyebaran hoaks yang dilakukan dokter Lois Owien.

Baca Juga: Tak Ditahan, Bareskrim Polri Minta Dokter Lois Owien Juga Diusut Lewat Otoritas Profesi Kedokteran

Beredar informasi ada warga meninggal dunia karena mempercayai hoaks yang disampaikan dokter Lois terkait interaksi antarobat.

Hal tersebut diceritakan oleh Helmi Indra, warga Depok, Jawa Barat, melalui media sosial.

Helmi menceritakan bahwa ayahnya memercayai vaksin Covid-19 haram. Karena alasan itu, sehingga tidak mau divaksin.

Hingga 6 Juli, ayahnya terkonfirmasi positif Covid-19. Ayahnya menolak mengonsumsi obat yang direkomendasikan pemerintah untuk pengobatan Covid-19 karena percaya penjelasan dokter Lois tentang interaksi antarobat penyebab kematian.

Mengenai hal itu, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono, mengatakan pihaknya akan mengecek kebenaran informasi tersebut.

"Nanti dicek kebenarannya," ucap Argo.

Baca Juga: Akui Kesalahan dan Janji Tak Mengulangi, Dokter Lois Owein Tidak Ditahan

Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Fadhilah

Sumber : Antara


TERBARU