Ketika Masyarakat Berjibaku Memenuhi Kebutuhan Oksigen yang Makin Langka
Peristiwa | 5 Juli 2021, 05:50 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana, menyesalkan adanya peristiwa penganiayaan terhadap seorang tenaga kesehatan (nakes) bernama Rendi di Puskesmas Kedaton. Nakes tersebut dipukuli oleh tiga orang tidak dikenal.
"Saya mengutuk keras penganiayaan terhadap Rendi salah satu perawat puskesmas di kota ini," ujarnya di Bandar Lampung, Ahad (4/7/2021).
Peristiwa ini diduga berawal dari keluarga pasien covid-19 yang ingin meminjam tabung oksigen untuk keperluan isolasi mandiri. Namun pihak rumah sakit tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut, sebab tabung rumah sakit tidak bisa dipinjamkan.
"Kemungkinan mereka memaksa pinjam tabung oksigen untuk isolasi mandiri tetapi tidak begini caranya. Kalau memang ada yang rawat mandiri bilang kepada kelurahan atau kecamatan pasti akan kami layani dan rawat," kata Eva.
Kasus kekerasan yang dipicu oleh tabung oksigen ini pun sudah dilaporkan ke pihak berwajib.
Sementara itu, di tengah peningkatan kasus Covid-19, Kota Bogor mengalami kelangkaan gas oksigen.
Dari beberapa depot gas oksigen di Kota Bogor, Jawa Barat, seperti di Jalan Raya Otista, di Jalan Kebon Pedes, Jalan Raya Semplak, dan Jalan Lawanggintung, pasokannya dari agen gas di Jakarta berkurang.
Pemilik sebuah depot gas oksigen di Jalan Lawanggintung, Bogor Selatan, Kota Bogor, Indri, mengatakan kelangkaan gas oksigen di Kota Bogor, terjadi sejak sepekan terakhir.
Baca Juga: Komisi IX Minta Menkes Tangung Jawab Soal 33 Pasien Covid-19 Meninggal Karena Stok Oksigen Kosong
Indri menuturkan, biasanya di depotnya menjual gas oksigen rata-rata sekitar 180 m3 per hari, yakni 30 tabung besar dengan kapasitas 6 m3 atau dengan tabung berukuran lebih kecil dengan kapasitas 2 m3.
Namun, sejak sepekan terakhir, pasokan gas oksigen dari agennya di Manggarai Jakarta berkurang, sehingga volume penjualanya juga berkurang.
"Biasanya kami dipasok gas oksigen sekitar 25-30 tabung gas besar berukuran 6 m3, tapi sejak sepekan terakhir pasokan berkurang menjadi sekitar 10 tabung gas besar berukuran 6 m3," katanya.
Menurut Indri, pasokan gas yang terbatas itu diutamakan untuk kebutuhan perorangan dan rumah sakit, sedangkan untuk kebutuhan bengkel las dan pekerjaan proyek dihentikan sementara. "Kebutuhan perorangan biasanya dimanfaatkan untuk membantu pernafasan pasien COVID-19," katanya.
Dia menjelaskan, dari sekitar 10 tabung gas besar berukuran 6 m3 atau 60 m3, dibagi-bagi ke tabung berukuran kecil untuk melayani masyarakat yang mengisi uang ulang gas oksigen pada tabung kecil yakni berukuran, 2 m3, 1,5 m3, dan 1 m3, untuk kebutuhan per orangan.
Baca Juga: Begini Cara Tingkatkan Saturasi Oksigen Pasien Corona
Isi ulang gas oksigen untuk tabung berukuran 2 m3 Rp55.000, tabung 1,5 m3 Rp45.000, dan tabung 1 m3 Rp 35.000.
"Pembelinya ramai sekali tapi karena stoknya terbatas sehingga kami melayani siapa yang duluan membeli. Hanya sebentar saja, penjualannya sudah habis," katanya.
Indri menceritakan, bahkan ada pegawai dari rumah sakit juga mencari gas oksigen ke depotnya, karena kebutuhan di rumah sakit tersebut berkurang.
Pemerintah melalui Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi menyadari kebutuhan oksigen di tengah masyarakat yang makin meningkat .
"Kita menyadari ketersediaan oksigen terbatas, maka dari itu pemerintah akan terus mengusahakan dan terus mencari oksigen secara maksimal dengan berbagai cara, baik di industri lokal maupun menyiapkan opsi impor. Saat ini, keselamatan rakyat adalah hukum utama," ujar Jodi saat menggelar konferensi pers secara virtual di Jakarta, Minggu (4/7/2021).
Jodi juga menyarankan agar masyarakat, terutama yang sedang terpapar COVID-19 dengan saturasi oksigen di bawah 90, agar mencari panduan praktis pertolongan kepada dokter dan perawat terdekat, atau mencari informasi lewat telemedis interaktif untuk mempelajari dan mempraktikkan pertolongan yang perlu segera dilakukan.
Agar ketersediaan oksigen tercukupi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta pasokan oksigen untuk industri bisa dialihkan untuk memenuhi kebutuhan medis yang belakangan melonjak seiring dengan meningkatnya kasus Covid-19.
Luhut mengatakan selama masa pandemi ini terjadi lonjakan kebutuhan oksigen pada sektor medis, dengan kebutuhan setiap harinya mencapai 800 ton per hari.
Baca Juga: Jaga Ketersediaan Oksigen Bagi Pasien Corona
"Oleh karena itu kita perlu memanfaatkan sektor oksigen untuk industri," katanya dalam keterangan tertulis.
Pemerintah mencatat saat ini terdapat cadangan produksi oksigen sebesar 225 ribu ton per tahun yang dapat dimanfaatkan. Apabila jumlah ini dinilai kurang, pasokan gas oksigen untuk industri dapat dialihkan untuk kebutuhan medis.
Peraturan penggunaan produk dalam negeri juga menjadi perhatian Luhut.
"Setiap kementerian dan lembaga wajib menggunakan PDN (Produk Dalam Negeri) dan impor dapat dilakukan jika barang tersebut masih belum diproduksi di dalam negeri dan volumenya tidak mampu memenuhi kebutuhan," ungkapnya.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV