> >

Epidemiolog UGM Ungkap Alasan Penularan Covid-19 Sulit Terdeteksi

Update corona | 16 Juni 2021, 20:07 WIB
Ilustrasi virus corona (Sumber: Shutterstock)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Epidemiolog Universitas Gajah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad mengungkapkan hal yang menjadi kunci penularan Covid-19 sulit terdeteksi.

Ia memaparkan penularan terjadi ketika ada seseorang yang terinfeksi Covid-19 itu batuk, menyanyi, atau apapun yang membuat virus terlempar ke udara dan masuk ke saluran pernapasan orang lain.

Sebanyak 20 persen orang yang terinfeksi Covid-19 akan timbul gejala yang berujung kesembuhan atau seseorang meninggal.

"Ini yang menjadi kunci penularan sulit terdeteksi, yakni ada periode inkubasi dan infeksius," ujarnya, Rabu (16/6/2021).

Baca Juga: Begini Pernyataan Epidemiolog UGM Soal Lonjakan Kasus Covid-19 Pasca Lebaran

Periode inkubasi Covid-19 dimulai menjelang bergejala, biasanya sekitar lima sampai tujuh hari setelah terinfeksi.

Namun, yang sulit ditentukan adalah periode infeksius karena sulit menentukan kapan orang pertama kali terpapar virus corona. 

Ia mengatakan tujuan pengendalian Covid-19 adalah menurunkan angka reproduksinya. Hal ini yang menjadi latar belakang gerakan 3M dan 3T gencar dilakukan untuk menghadapi pandemi Covid-19.

Riris Andono menyebutkan ada sejumlah variabel pengendalian Covid-19 yang diimplementasikan dalam gerakan 3M dan 3T.

Memakai masker, misalnya, semakin orang sering tidak memakai masker maka akan semakin dekat dengan penularan Covid-19. Artinya, membuka peluang reproduksi Covid-19 meningkat.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU