> >

Update BMKG: Waspada Potensi Cuaca Ekstrem dan Awan Cumulonimbus Seminggu ke Depan di 15 Wilayah Ini

Update | 10 Mei 2021, 12:16 WIB
Motor tetap berjalan di bawah guyuran hujan disertai angin yang menguyur kawasan Bundaran HI, Menteng Jakarta Pusat, Rabu(14/4/2021). (Sumber: WARTA KOTA/WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis adanya potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat dan gelombang tinggi selama satu minggu ke depan pada 10-17 Mei 2021.

BMKG juga memperkirakan adanya pertumbuhan awan cumulonimbus.

Prakiraan ini merupakan prediksi dari hasil analisis dinamika atmosfer-laut yang menunjukkan adanya aktivitas fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) di wilayah Indonesia.

MJO terjadi bersamaan dengan aktifnya fenomena gelombang Ekuatorial lainnya seperti gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial.

"Saat ini juga teramati pola sirkulasi siklonik di wilayah Indonesia, yaitu di Laut Sulu dan Papua Barat yang dapat membentuk pertemuan dan perlambatan kecepatan angin," terang Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, dalam keterangan resminya, Senin (10/5/2021). 

Dia menambahkan, kondisi atmosfer yang masih labil pada skala lokal juga mampu meningkatkan potensi konvektif kuat yang menyebabkan pembentukan awan hujan menjadi lebih intensif di beberapa wilayah Indonesia.

Baca Juga: BMKG Luncurkan Sistem Informasi Untuk Mendukung Sektor Keselamatan Transportasi Udara dan Laut

Apa Itu awan Cumulonimbus?

Awan cumulonimbus adalah salah satu jenis awan yang ditengarai dapat memicu berbagai bencana hidrometerologi seperti banjir bandang, badai petir, gelombang tinggi, curah hujan yang tinggi, tornado, puting beliung, dan waterspout.

Pembentukan awan cumulonimbus terjadi di bagian bawah troposfer, yaitu lapisan atmosfer yang berada paling dekat dengan permukaan bumi. 

Awan ini tercipta karena adanya penguapan dan efek rumah kaca sehingga menghasilkan udara hangat pada sekitar troposfer. 

Gesekan antara udara dan permukaan bumi menyebabkan turbulensi yang ketika bertemu dengan panas yang tersimpan dari matahari dapat memicu terjadinya sebagian besar fenomena cuaca. 

Kondisi di atas memicu adanya pertumbuhan awan cumulonimbus di sejumlah wilayah Indonesia.

Awan cumulonimbus sering disebut sebagai salah satu penyebab utama kecelakaan pesawat. Salah satunya, meski masih diselidiki penyebab pastinya, kejatuhan pesawat Sriwijaya Air JT 182 beberapa waktu lalu. 

Presentase awan Cumulonimbus Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75 persen (OCNL atau Occasional) diprediksi terjadi pada 10-16 Mei 2021.

Pertumbuhan awan Cumulonimbus diprediksi terjadi di wilayah berikut: Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Laut Jawa, Laut Sulawesi, Selat Makassar, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Laut Banda, Papua Barat, Papua.

BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode pancaroba seperti hujan secara sporadis, lebat dan durasi singkat, disertai petir dan angin kencang, bahkan hujan es.

Hal ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi. 

Baca Juga: BMKG Keluarkan Peringatan Dini untuk Minggu 9 Mei 2021, 19 Wilayah Berpotensi Cuaca Ekstrem

 

Penulis : Hasya Nindita Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Kompas TV


TERBARU