> >

KRI Nanggala-402 Dilengkapi Sistem Pengubah Karbondioksida, Oksigen Mungkin Tahan Lebih dari 72 Jam

Berita utama | 23 April 2021, 20:53 WIB
Kapal Selam KRI Nanggala-402 merapat di Dermaga Madura Komando Armada RI Kawasan Timur di Surabaya, Senin (6/2/2012). Kedatangan KRI Nanggala setelah menjalani perbaikan di Korea Selatan. (Sumber: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA )

BALI, KOMPAS.TV- Hingga Jumat (23/4/2021) pukul 17.00 WIB atau sekitar 60 jam seusai hilang kontak sebelum melakukan penyelaman di perairan utara Bali, tim pencari dan penyelamat belum menemukan lokasi kapal selam KRI Nanggala-402.

Oksigen di KRI Nanggala-402 pun disebut-sebut hanya mampu bertahan hingga Sabtu dinihari nanti (24/4/2021).

Namun, KRI Nanggala ternyata juga dilengkapi sistem canggih yang bisa mengubah karbon dioksida menjadi oksigen.

Dengan sistem itu, persediaan oksigen yang diperkirakan hanya cukup untuk 72 jam kemungkinan bisa lebih lama, artinya kemungkinan 53 awak kapal selam bisa bertahan lebih dari yang diperkirakan, Sabtu (24/4) pukul 03.46 WIB.

Baca Juga: Harap-harap Cemas, Keluarga Awak KRI Nanggala-402 Masih Menunggu Kepastian Ditemukannya Kapal

Meski demikian, keselamatan awak kapal sangat ditentukan pada kedalaman lokasi kapal selam tersebut. Jika kapal selam itu terjebak di palung dengan kedalaman 700 meter seperti dugaan awal, kapal selam itu diperkirakan rusak.

Arus laut bisa merusak sambungan kapal selam yang terbuat dari baja karena kapal selam itu didesain hanya mampu menyelam di kedalaman 250-500 meter.

Kedalaman lokasi kapal juga menentukan keberhasilan evakuasi awak kapal. Untuk melakukan evakuasi, kapal bantuan harus turun dan menempel di badan kapal selam. Awak kapal selam satu per satu masuk ke kapal itu dan dievakuasi ke permukaan.

Baca Juga: Ini Spesfikasi MV Swift Rescue, Kapal Penyelamat AL Singapura yang Ikut Pencarian KRI Nanggala-402

”Semakin dalam lokasinya, risikonya semakin besar,” kata pengamat pertahanan dan militer Connie Rahakundini Bakrie seperti dikutip dari Kompas.id, Jumat (23/4/2021).

Connie mengatakan, seandainya kru kapal selam masih bertahan, biasanya mereka akan membuat bunyi-bunyian dan keriuhan sebagai pertanda kepada kapal permukaan.

Ketika tanda-tanda suara itu sudah tidak ada, kemungkinan kapal selam sudah tenggelam di dasar lautan atau kapal selam sudah tidak bertahan.

Menurut Connie, operasi pencarian dan penyelamatan kapal selam tidak mudah. Sebab, kapal selam merupakan alat utama sistem persenjataan yang didesain seperti siluman yang tidak terlihat karena fungsinya untuk membunuh lawan.

Ketika kapal selam hilang, maka pencarian akan sangat sulit dilakukan.

”Keberhasilan kapal yang menggunakan sonar mencari lokasi kapal selam sangat ditentukan dengan jarak, kepekatan, kondisi laut, dan arus,” jelas dia.

Baca Juga: KRI Nanggala-402 Masih dalam Pencarian, Ini Deretan Kapal Selam yang Hilang dan Berhasil Ditemukan

Terpisah, Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengakui bahwa tidak mudah mencari kapal selam yang hilang.

Oleh karena itu, tim pencari harus menyiapkan beberapa skenario penyelamatan yang paling relevan dengan menyesuaikan kondisi yang ada.

Selain itu, Indonesia juga diharapkan segera memiliki perangkat penanganan kedaruratan untuk kapal selam.

Sebab, saat ini, perangkat tersebut masih tidak dimiliki sehingga operasi penyelamatan awak KRI Nanggala bergantung dari bantuan negara lain.

Baca Juga: 3 Media Asing Ikut Beritakan Hilang Kontaknya KRI Nanggala-402 di Perairan Bali

”Jika ingin meningkatkan jumlah armada kapal selam, perangkat penanganan kedaruratan itu adalah satu aspek penting yang harus disediakan untuk melengkapi keberadaan kapal selam,” tandas Fahmi.

Penulis : Gading Persada Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Kompas TV


TERBARU