Sabrang Mowo Damar Panuluh: Cak Nun Ajarkan Saya untuk Terus Berpikir Kritis
Sosok | 23 April 2021, 13:04 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - “Dulu ada kejadian, saya dan bapak naik becak bersama, jalannya nanjak lalu tiba-tiba bapak turun ikut bantu mendorong becaknya. Itu ilmu yang saya dapat dari kejadian itu lebih baik daripada yang dajarkan di sekolah,” kenang Sabrang Mowo Damar Panuluh atau dikenal luas sebagai Noe, vokalis dari grup musik Letto.
Satu identitas yang tidak dapat dipilih oleh siapapun adalah siapa orangtua kita. Begitu pula dengan Sabrang, putra dari Emha Ainun Najib atau Cak Nun, tokoh budayawan Indonesia.
“Menjadi anak Cak Nun bukan komponen yang bisa saya pilih, saya diberikan begitu saja, itu bukan identitas yang saya adopsi sendiri,” kata Sabrang saat diwawancarai oleh KOMPAS TV, Jumat (16/4/2021) lalu.
Ia kemudian menggambarkan apa yang sang bapak berikan kepadanya dari dulu hingga saat ini.
Baca Juga: Analisis Lemhanas soal Pilkada Serentak: Ada Fenomena Dinasti Politik Hingga Netralitas ASN
Ilustrasinya sebagai berikut, ada orang yang memberikan ikan ada pula yang memberi kail. Orang yang memberi ikan maka tentu jelas apa jenis ikannya, kalau memberi kaiI, maka belum tentu jelas apa ikan yang akan didapatkan dari kail tersebut.
Apa yang diberikan Cak Nun kepada Sabrang ialah kail.
“Apa yang Cak Nun berikan ialah kebiasaan berpikir kritis, kebiasaan berdiskusi, kebiasaan menggali, kebiasaan riset, kebiasaan meragukan diri sendiri untuk menghasilkan mesin berpikir yang digunakan untuk berjalan di dunia ini dengan paradigma tertentu,” kata Sabrang.
Sabrang sendiri mengaku tidak mempercayai konsep mengajarkan. Baginya, tidak mungkin ada orang yang bisa mengajarkan orang lain, yang ada ialah memberikan kesempatan bagi orang lain untuk belajar.
Baca Juga: Lirik Lagu dan Kunci Gitar | Sebelum Cahaya - LETTO
“Misalnya begini, jika guru bisa mengajarkan muridnya maka seharusnya tingkat kecerdasannya sama, tapi kan tidak. Yang ada guru memberikan kesempatan kepada siswanya untuk belajar,” kata Sabrang
Begitu pula yang ia dapatkan dari Cak Nun, satu kesempatan untuk belajar dari cara hidup dan cara berpikirnya.
“Ada nilai yang saya ambil ada yang saya tolak dan ada yang saya kritisi. Tapi proses yang pasti terjadi yakni diskusi terus menerus,” cerita Sabrang.
Karena itulah rasa ingin tahu yang tinggi pun tumbuh dalam diri Sabrang. Melalui rasa ingin tahu, menurut Sabrang, seseorang dapat terus belajar dan berkembang.
Penyanyi kelahiran Yogyakarta, 10 Juni 1979 yang sudah menghidupi kegiatan berdiskusi sejak SMA ini, juga cukup sering mengisi kegiatan dakwah di Rumah Maiyah.
“Budaya diskusi sudah terjadi bahkan jika tidak diatas panggung. Melalui diskusi bisa saling bertukar pikiran, seru, semua bisa dapat ilmunya,” kata Sabrang.
Penulis : Hasya Nindita Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV