Pemerintah Tebus Uang Berjumlah Besar untuk Evakuasi Jenazah Guru Korban Tembak KKB
Peristiwa | 12 April 2021, 13:10 WIBJAYAPURA, KOMPAS.TV - Jenazah dua guru yang ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) akhirnya tiba di Timika, Kabupaten Mimika, Sabtu (10/4/2021) siang setelah negosiasi alot antara pemerintah dan KKB.
Sebelumnya, KKB menembak mati dua guru di Distrik Beoga, Puncak, Papua.
Korban pertama ialah guru SD bernama Oktovianus Rayo yang ditembak saat korban berada di kiosnya di Kampung Julugoma pada Kamis (8/4/2021) pukul 09.30 WIT. Diketahui penembak ialah pimpinan KKB, Sabinus Waker. Oktovianus tewas setelah tertembak di rusuk kanan.
KKB kemudian menembak mati korban kedua, Yonatan Randen, guru di Distrik Beoga, pada Jumat (9/4/2021) di rumah korban. Ia mengalami luka tembak di bagian dada. Yonathan sempat dilarikan masyarakat ke Puskesmas Beoga, tetapi nyawanya tak tertolong.
Baca Juga: Pengamat Terorisme: Pemerintah Harus Dekati Masyarakat Papua agar Tak Terpengaruh KKB
Sebelumnya, Pemerintah bersama TNI dan Polri terus berupaya untuk mengevakuasi jenazah tersebut dari Distrik Beoga. Namun, Lapangan Terbang Beoga masih dikuasai oleh KKB.
Kepada Kompas.com, Bupati Puncak Willem Wandik mengatakan, KKB meminta uang tebusan jika pemerintah ingin mengevakuasi jenazah dua guru tersebut. Jika uang itu diberikan maka mereka akan membiarkan pesawat mendarat di Beoga.
Wandik mengatakan, jumlahnya cukup besar, meskipun ia tidak menyebut nominal. Jika pemerintah tidak memenuhi permintaan KKB, pesawat tidak diperbolehkan masuk ke Beoga dan dampaknya akan buruk.
Wilayah Beoga sendiri diketahui memiliki kondisi geografis yang tergolong sulit untuk jalur penerbangan karena dipenuhi gunung dan tebing yang curam.
Pemerintah akhirnya memenuhi permintan KKB karena masalah kemanusiaan.
Baca Juga: Ulah KKB Bakar Helikopter Diwarnai Penembakan, Ini Kata Kapolda Papua
"Setelah negosiasi, apa yang mereka (KKB) minta untuk bisa jenazah keluar (dievakuasi) maka mereka minta sesuatu (uang), sehingga, dengan hati yang berat, dengan pertimbangan kemanusiaan karena jenazah mulai membusuk, mau tidak mau kami penuhi permintaannya," ujar Wandik kepada Kompas.com, Sabtu (10/4/2021) sore.
"Negara tidak pernah kalah, ini hanya karena faktor kemanusiaan maka kami penuhi permintaan mereka," tambahnya.
Selain mengevakuasi jenazah, pesawat SAS milik Pemkab Puncak juga dibolehkan mengirim bahan pokok ke Beoga.
"Saya minta pertimbangan kepada TNI-Polri, ini terpaksa kami lakukan. Kelebihannya kami Pemda Puncak punya aviasi sehingga pesawat bisa masuk, tapi kami juga minta Senin (12/4/2021) pesawat bisa masuk lagi untuk antar bahan pokok karena stok di Beoga semakin menipis, sudah satu minggu pesawat tidak masuk," kata dia.
Baca Juga: Tambah Personel, Polisi Buru Komandan KKB Nau Waker Penembak Mati 2 Guru di Papua
Terkait kejadian ini, Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah (DPPAD) Provinsi Papua Christian Sohilait mengutuk keras dan mengatakan bahwa tuduhan KKB yang menyebut Oktovianus adalah mata-mata aparat keamanan ialah tuduhan yang sangat keji.
"Guru-guru yang kalian bunuh itu mau menyelamatkan anak-anak kalian (dari kebodohan)," kata Sohilait di Jayapura, Senin (11/4/2021), kepada Kompas.com.
Sohilait menyebutkan, letak secara geografis dan sarana infrastruktur yang minim di Beoga membuat tak banyak guru yang mau ditempatkan di lokasi itu. Apalagi, Beoga berada di ketinggian 3.500 meter dari permukaan laut.
"Mereka berdua itu guru-guru honorer, karena tidak mungkin ada guru saya dengan situasi begitu mau mempertaruhkan nyawanya dengan membawa-bawa senjata, saya pikir itu tidak benar, jangan mengalihkan opini setelah kalian menghilangkan orang punya nyawa," kata Sohilait.
Penulis : Hasya Nindita Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV