Mengenang TMII, Gagasan Ibu Tien Soeharto yang Fenomenal tapi Kontroversial
Peristiwa | 9 April 2021, 05:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Taman Mini Indonesia Indah (TMII) kembali menjadi sorotan setelah sekian tahun namanya tidak mencuat. Hal itu karena pemerintah melalui sekretariat negara (setneg) mengambilalih dari Yayasan Harapan Kita (YHK)
Keputusan pengalihan pengelolaan TMII dari YHK ke negara tertuang dalam Perpres Nomor 19 Tahun 2021 tentang TMII. Dalam Perpres tersebut mengatur penguasaan dan pengelolaan TMII dilakukan oleh Kemensetneg.
Mensesneg Pratikno menjelaskan terbitnya Perpres Nomor 19/2021 tersebut dilatarbelakangi masukan banyak pihak soal TMII. Salah satunya rekomendasi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Baca Juga: TMII Diambil Alih Negara, Pengelola dan Kemensetneg Pastikan Tidak Ada PHK Karyawan
"Menurut Keppres itu, TMII merupakan milik negara Republik Indonesia yang tercatat di Kemensetneg yang pengelolaannya diberikan kepada Yayasan Harapan Kita," ungkap Pratikno.
Dilihat dari situs pengelola, Tamanmini.com, TMII merupakan suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Area seluas kurang lebih 150 hektar atau 1,5 kilometer persegi.
Gagasan pembangunan TMII dilontarkan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan yang dihadiri para menteri dan gubernur seluruh Indonesia, di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970.
Ibu Tien mengusulkan adanya miniatur keberagaman Indonesia, yang diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia.
Gagasan tersebut makin mantap setelah Ibu Tien selaku ibu negara menyertai perjalanan kerja Presiden Soeharto ke berbagai negara, dimana ia mendapat kesempatan mengunjungi obyek-obyek wisata di luar negeri, diantaranya Disneyland Amerika Serikat dan Timland di Muangthai.
Kunjungan Ibu Tien Soeharto ke proyek-obyek wisata tersebut mendorong untuk mewujudkan ide ke dalam suatu proyek dengan membuat taman tempat rekreasi yang mampu menggambarkan kebesaran dan keindahan Indonesia dalam bentuknya yang mini.
Baca Juga: Profil Singkat TMII, Taman Wisata Miniatur Indonesia Gagasan Tien Soeharto
Maka dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.
TMII mulai dibangun tahun 1972. Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern diberi ruang untuk diperagakan di areal seluas 150 hektar ini.
Namun, ketika gagasan ini dilontarkan, berbagai kritik mengemuka di tengah masyarakat. Koran Indonesia Raya yang dipimpin oleh Mochtar Lubis menuliskan tajuk yang pada intinya mempertanyakan kepentinga proyek ini.
Dalam tajuknya yang terbit 4 Januari 1972 yang diberi judul "Ombak-ombak Proyek Mini Indonesia", Mochtar Lubis menulis:
"Sejak Ny Tien Soeharto mengumumkan proyek mininya di depan para gubernur se-Indonesia yang berhimpun di Jakarta untuk menghadiri sebuah rapat dinas, maka ombak-ombak proyek mini Indonesia telah bergulung-gulung behempasan ke segala penjuru Indonesia dan menyentuh pikiran, perasaan, dan tindakan dan kegiatan orang banyak."
Sebulan kemudian, pada 21 Februari 1972, Indonesia Raya kembali melontarkan kritiknya di bawah tajuk berjudul "DPR dan Proyek Mini". Disebutkan, "Kritik-kritik terhadap proyek itu adalah mengenai soal skala prioritas, dilibatkannya pembesar-pembesar negara dalam proyek swasta, dan pula adanya petunjuk bahwa cukup banyak dana negara akan ikut dituangkan di dalamnya untuk sarana-sarana listrik dan sebagainya."
Namun, di tengah berbagai gempuran kritik, proyek ini akhirnya berhasil diresmikan pada 25 April 1975.
Pada masa Orde Baru, TMII adalah kawasan prestius. Berbagai acara kenegaraan sering diadakan di sini selain sebagai tempat wisata. Waktu itu, belum lengkap rasanya ke Jakarta bila tak berkunjung ke TMII.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV