Mendag: Impor Belum Ada, Masalahnya Gabah Petani Tak Bisa Dijual ke Bulog karena Basah
Peristiwa | 22 Maret 2021, 21:50 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menjamin pemerintah tidak akan melakukan impor beras saat panen raya.
Namun di sisi lain, Lutfi mengakui adanya penurunan kualitas gabah dari petani sehingga Bulog tidak bisa menyerap hasil produksi dalam negeri dan menyebabkan stok beras terbatas.
Mendag Lutfi menyampaikan hal tersebut saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/3/2021).
Baca Juga: Mendag Lutfi Tegaskan Pemerintah Jamin Tidak Impor Beras saat Panen Raya
Lutfi mengatakan, gabah petani saat ini kandungan airnya terlalu tinggi dan tidak memenuhi standar kandungan air yang ditentukan oleh Bulog.
"Yang menjadi permasalahan sekarang adalah gabah petani itu dalam keadaan basah karena curah hujan di Indonesia pada saat ini sangat disayangkan membuat gabahnya basah sehingga tidak bisa dibeli oleh Bulog," katanya.
Lutfi menyebut bahwa petani tidak bisa menjual gabah, sementara pedagang tidak bisa membeli gabah dari petani karena tidak memiliki alat pengering.
"Bulog jangan disalahkan, karena Bulog untuk membeli cadangan beras pemerintah itu ada batasannya, salah satunya masalah kekeringan gabahnya. Jadi harga gabah itu dibeli Bulog dengan harga Rp4.200 sekian dengan tingkat kekeringan tertentu," jelas Lutfi.
Dia menambahkan, tingkat kekeringan gabah ini dipengaruhi karena saat ini musim hujan.
"Begitu gabah tidak bisa dibeli, petani berhadapan dengan pedagang. Nah pedagang ini sekarang pada posisi tidak bisa membeli, karena mereka tidak memiliki pengeringannya. Ini yang membuat harga gabah itu jatuh," paparnya.
Sementara itu, stok beras diperlukan dalam rangka menjaga ketersediaan pangan sepanjang 2021 sehingga tidak menimbulkan gejolak sosial dan politik.
Cadangan beras ini juga diperlukan untuk kebutuhan mendesak seperti bansos ataupun operasi pasar guna stabilisasi harga. Adapun pengadaan beras oleh Bulog itu bisa berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Sementara tren penurunan harga gabah petani yang saat ini terjadi tidak dipengaruhi oleh isu impor beras, melainkan karena kualitas gabah itu sendiri.
"Jadi bukan karena masalah impor atau apa kalau kita lihat sekarang impor ini belum ada sama sekali. Permasalahannya hari ini curah hujan yang tinggi menyebabkan gabah petani tidak bisa dijual ke Bulog karena basah," pungkas Lutfi.
Baca Juga: Harga Gabah Anjlok, Petani Tolak Impor Beras
Adapun sebelumnya, pemerintah akan impor 1 juta-1,5 juta ton beras dalam waktu dekat ini. Kebijakan ini menjadi polemik dan pro kontra di tengah masyarakat.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, impor beras dilakukan untuk menjaga cadangan/stok pangan menjelang hari besar keagamaan di dalam negeri supaya harga tetap terkendali.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengungkapkan bahwa rencana impor beras sebanyak 1 juta ton datang dari dua menteri, yaitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi.
"Kebijakan Pak Menko dan Pak Mendag, kami akhirnya dikasih penugasan tiba-tiba untuk melaksanakan impor," kata Budi Waseso berterus terang.
Purnawirawan polisi itu terlihat agak kesal. Pasalnya, berhembusnya isu mengenai keputusan pemerintah untuk impor beras itu memberi tekanan terhadap harga gabah petani.
Lantaran hal itu diketahui saat memasuki masa panen raya pertama tahun ini yang berlangsung sepanjang Maret-April 2021.
"Ini ada panen, berarti ada benturan produksi dalam negeri dengan impor. Ini baru diumumkan saja sekarang dampaknya di lapangan harga di petani sudah drop," katanya saat rapat dengar pendapat bersama Badan Legislasi DPR, Selasa (16/3/2021).
Baca Juga: Budi Waseso: Disebut Tegas oleh Jokowi, Ditugaskan Impor Beras oleh Dua Menteri
Penulis : Fadhilah Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV