Frederich Silaban, Nonmuslim yang Pelajari Wudhu dan Salat Sebelum Rancang Istiqlal
Peristiwa | 14 Maret 2021, 06:10 WIB
JAKARTA, KOMPAS.TV- Nama Fredrich Silaban kembali mencuat setelah Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini menyebutkan bahwa masjid Istiqlal adalah cermin kerukunan, karena perancangnya pun seorang nonmuslim. "Masjid Istiqlal sejak awal didirikan memang mengusung semangat kemerdekaan sekaligus mencerminkan kerukunan. Bahkan kita tahu bahwa masjid tersebut dirancang oleh Frederich Silaban, yang merupakan seorang nonmuslim,"kata Sekretaris Jenderal PBNU Ahmad Helmy Faishal Zaini kepada wartawan, Sabtu (13/3/2021).
Pernyataan Helmy untuk merespon pernyataan Ketua DPR Puan Maharani yang mengatakan keinginannya agar Istiqlal bisa didatangi kalangan nonmuslim. Padahal sejak lama masjid terbesar di Asia Tenggara ini sering dikunjungi wisatawan mancanegara, termasuk banyak kepala negara.
Baca Juga: Tokoh Agama Belum Terdaftar Ikut Vaksinasi Covid-19? Langsung Saja Datang ke Masjid Istiqlal
Sementara Frerich Silaban, adalah perancang Istiqlal kelahiran Bonan Dolok, Samosir, Sumatera Utara, 16 Desember 1912 dan meninggal di Jakarta pada 14 Mei 1984.
Silaban menjadi pemenang sayembara rancangan Masjid Istiqlal dengan dewan juri terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan dewan juri: Presiden Soekarno sebagai ketua, anggotanya Ir. Roosseno Soerjohadikoesoemo, Ir. Djoeanda Kartawidjaja, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Aboebakar Atjeh, dan Oemar Husein Amin.
Sayembara yang berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955 ini mendapatkan sambutan yang sangat menggembirakan. Hal itu tergambar dari banyaknya peminat hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba. Silaban memenangani desain dengan sandi "Ketuhanan".
Baca Juga: Pasca Renovasi, Masjid Istiqlal Belum Dibuka untuk Umum
Dikutip Kompas.com, dalam proses merancang Masjid Istiqlal, Silaban mengalami konflik batin. Ia adalah seorang Kristen. Namun, status agamanya tidak mengganjal Silaban untuk andil dalam proyek besar bangsa. Silaban menjawab tantangan Soekarno. Ia sungguh-sungguh dan berkonsentrasi mempelajari penugasannya. "(Silaban) mendalami berbagai berbagai hal terkait ibadah umat Islam, termasuk kegiatan berwudu, shalat berjamaah, kiblat, dan berbagai ritual khusus yang diharapkan hadir di Masjid Istiqlal," tulis Setiadi Sopandi dalam bukunya Friedrich Silaban.
Keterlibatan sentral seorang umat Nasrani dalam perencanaan masjid berskala nasional menjadi momen yang mendamaikan saat itu. Sejak dulu hingga sekarang, media kerap menjadikan fakta ini sebagai simbol toleransi dan keberagaman. Arsitektur modern dalam karya Silaban Pembangunan Masjid Istiqlal ditandai dengan peletakan batu pertama pada 24 Agustus 1961.
Baca Juga: Idul Adha di Tengah Pandemi, Petugas Masjid Istiqlal Antarkan Langsung Daging Qurban
Rahil Muhammad Hasbi dan Wibisono Bagus Nimpuno dalam jurnalnya "Pengaruh Arsitektur Modern pada Desain Masjid Istiqlal" menulis, desain Masjid Istiqlal dipengaruhi oleh aliran arsitektur modern. Arsitektur modern di Indonesia diperkenalkan oleh arsitek-arsitek Belanda.
Sementara Silaban pernah bekerja dengan pemerintah kolonial Belanda di Bureau van Openbare Werken (BOW). "Sehingga, ketika dia mendesain Masjid Istiqlal sangat terasa pengaruh dari arsitektur modern tersebut," tulis Rahil dan Wibisono.
Sopandi menyebutkan, karya Silaban sederhana dan tegas. "Silaban memang piawai dalam menggambar. Garis-garisnya tegas, tebal tipis menyampaikan pesan dengan efektif dan gamblang," tulis Setiadi. Monumentalis dan keanggunan kolom-kolom tinggi menjulang secara tepat disampaikan lewat gambar-gambar karya Silaban. Oleh sebab itu, karya Silaban memenangi sayembara serta mampu meyakinkan Soekarno dan para juri.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV