Setahun Pandemi Corona: Apa Kabar 'Penemuan Kesehatan' yang Diklaim Ampuh Membasmi Covid-19?
Update corona | 2 Maret 2021, 18:16 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Sejak Indonesia, melalui Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus positif pertama Covid-19 pada 2 Maret 2020 tahun lalu telah banyak penemuan dan inovasi yang diklaim mampu membasmi virus corona.
Setahun berlalu, berbagai penemuan itu pun mayoritas menguap dan tidak memberi bukti keberhasilannya.
Lalu, bagaimana kini perkembangan berbagai inovasi tersebut?
Berikut KompasTV rangkumkan dari berbagai sumber, macam-macam inovasi yang diklaim mampu membasmi virus corona:
Baca Juga: Membandingkan Jakarta dengan Wuhan Setelah Setahun Pandemi Covid-19 Merebak
1. Vaksin Merah Putih
Selain menggunakan vaksin yang diimpor dari luar negeri, Indonesia juga berencana mengembangkan vaksin tersendiri bernama Vaksin Merah Putih.
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek, Ali Gufron Mukti mengatakan, vaksin merah putih akan tetap diproduksi, meskipun pemerintah telah mengimpor beberapa vaksin Covid-19.
Vaksin Merah Putih sebagai langkah pencegahan, serta kemandirian pemerintah dalam mengakhiri pandemi.
Proses pembuatan vaksin ini melibatkan Kemenristek yang bekerjasama dengan Bio Farma serta beberapa perguruan tinggi, mulai dari UGM, IPB, Universitas Andalas, UI, hingga Unair.
Vaksin Merah Putih ini ditargetkan mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM pada akhir tahun 2021.
Baca Juga: Setahun Covid-19, Kemenkes Umumkan Temuan 2 Kasus Varian Baru Covid-19 Asal Inggris di Indonesia
2. Vaksin Nusantara
Masih dari inovasi vaksin. Kali ini mantan Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto bersama dengan Aivita Biomedical Corporation AS, Universitas Diponegoro, dan RS Kariadi Semarang, memprakarsai pembuatan Vaksin Covid-19 Nusantara.
Vaksin ini diklaim sebagai solusi kepada pasien komorbid atau penyakit penyerta.
Cara kerja dari vaksin ini adalah dengan mengeluarkan sel dendritik dari dalam tubuh kemudian diberikan antigen saat masa inkubasi sekitar 2-3 hari.
Setelah diberikan antigen, sel tersebut akan dikembalikan ke dalam tubuh. Jadi vaksin ini tidak disuntikkan ke orang, melainkan langsung ke sel dendritik yang sudah dikeluarkan.
Namun, penemuan ini dipertanyakan bagaimana uji klinis yang dilakukan untuk mengetes Vaksin Nusantara ini.
Baca Juga: Setahun Covid-19 di Indonesia, Pasien 02: Dengan Vaksin, Harapannya, Ya, Berakhir Tahun Ini
3. Obat Covid-19 Buatan Unair
Sebelum vaksin Covid-19 muncul pada Agustus 2020 silam, tim gabungan dari Universitas Airlangga (Unair), Badan Intelijen Negara, TNI AD, dan BPOM menyebut telah menyelesaikan uji klinis fase 3 kombinasi obat Covid-19 untuk pasien yang dirawat tanpa ventilator.
Dilansir dari KOMPAS.com, mereka mengklaim obat ini memiliki efektivitas hingga 98 persen.
Unair mengeluarkan tiga kombinasi obat yang bisa digunakan. Pertama, Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline. Ketiga, Hydroxychloroquine dan Azithromycin.
Rektor Unair, M. Nasih, mengatakan kombinasi ini menggunakan rujukan dari berbagai jenis obat tunggal yang dipakai di banyak negara termasuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Ternyata setelah kami kombinasikan daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik. Untuk kombinasi tertentu itu sampai 98 persen efektivitasnya," dalam konferensi pers di Mabes TNI AD, Jakarta, Sabtu (15/08/2020).
Namun dua bulan setelahnya, tepatnya bulan Oktober 2020, Unair meninggalkan riset kombinasi obat dan memilih fokus pengembangan vaksin Covid-19.
Nasih mengakui kombinasi obat merupakan solusi jangka pendek yang sudah tidak relevan untuk penangulangan pandemi Covid-19.
Baca Juga: Setahun Covid-19, Wali Kota Solo Gibran Sebut Kasus Harian Menurun karena PPKM
4. Jamu Satgas Covid DPR
Satgas Covid yang dibentuk DPR juga tak ketinggalan mengeluarkan inovasi untuk melawan virus yang disebut berasal dari Wuhan, China.
Adalah Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco yang memberikan secara gratis, jamu bernama Herbavid19 ke berbagai rumah sakit.
Dasco yang sebelumnya pernah terpapar Covid-19 merasakan khasiat setelah meminum Herbavid19 ini. Atas hal itulah ia membagikan secara gratis obat herbal tersebut.
Jamu ini pun menjadi polemik karena menurut Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, Inggrid Tania ketika itu ada beberapa dokter yang menolak permintaan DPR untuk memberikan Herbavid19 kepada pasien Covid-19.
Baca Juga: Setahun Corona, Simak Cerita Pasien 02 Maria Darmaningsih Support 2 Anaknya
5. Kalung Anti Corona
Kalung anti virus corona yang diproduksi Kementan ini disebut mampu mencegah penyakit Covid-19 ini karena mempunyai kandungan eucalyptus.
Eucalyptus juga mempunyai kandungan utama 1,8-cineol yang merupakan senyawa yang dapat menjadi antivirus dan antimikroba.
Selain kalung, ada rool on, in haler, salep, balsem dan defuser yang diproduksi dengan kandungan eucalyptus.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), DR dr Inggrid Tania MS meragukan klaim tersebut karena kurangnya uji klinis.
"Kalung itu belum diujikan pada manusia, jadi tidak ada bukti virus apapun bisa mati kalau dipakaikan kalung itu. Mungkin virus yang menempel di kalung akan mati, tapi virus yang jaraknya 1-2 meter dari badan kita, bagaimana?," papar dr Inggrid.
Baca Juga: Suka Duka Perjalanan RSA UGM Bertepatan dengan Setahun Pandemi Covid-19 di Indonesia
Penulis : Rizky-L-Pratama
Sumber : Kompas TV