Kilas Balik Covid-19 di Indonesia, Maria Darmaningsih: Tak Pernah Menyangka Pandemi akan Mengganas
Berita utama | 2 Maret 2021, 07:59 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Maria Darmaningsih tak pernah menyangka pandemi Covid-19 akan mengganas hingga saat ini.
Bagaimana tidak, wanita berusia 64 tahun ini bisa dimasukkan dalam sejarah munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia.
Ya, setahun lalu, Maria bersama putrinya Sita Tyasutami menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) yang diumumkan terinfeksi virus Corona. Sita sang putri disebut pasien 01, sedangkan Maria pasien 02.
Beberapa bulan usai kesembuhannya, awalnya Maria mengira pandemi ini akan berlangsung singkat saja.
Baca Juga: Setahun Covid-19, Guyonan Menteri yang Kemudian Terpapar
“Saya ingat banget, waktu itu Mei, saya dapat WhatsApp bahwa ada perkiraan Agustus 2020 kemungkinan baru ditemukan vaksin. Aku bilang, masak sih sampai Agustus,” kata Maria, Senin malam (1/3/2021).
“Tahu-tahu, Agustus lewat begitu saja. September juga kok terus saja. enggak terbayang aku bahwa akan begini lama, sungguh,” ungkapnya.
Disarikan dari wawancara ekslusif Kompas.com dengan Maria Darmaningsih, Maria pun mencoba mengingat-ingat pengalaman bersejarah tersebut.
“Beda banget, dong, ya. Dulu kan heboh banget, kita semua enggak mengerti itu apa, dan itu luar biasa hebohnya,” ungkap Maria.
Maria mengungkap bahwa pada awalnya dirinya memang langsung melapor ketika mengalami gejala-gejala yang mendekati Covid-19.
Baca Juga: WHO: Covid-19 Segera Berakhir Merupakan Anggapan Prematur dan Tidak Realistis
Celakanya, saat keluarga ini melapor, sejumlah pihak terkait justru bingung menghadapi laporan tersebut
“Kami sebagai pasien tidak diberi tahu atau apa, tiba-tiba ada pengumuman. Itu kan bikin heboh seluruh Indonesia. Jadi orang-orang yang satu kompleks dengan saya saat itu juga disuruh pulang, yang kerja dan sekolah dengan saya disuruh pulang dan enggak boleh kerja atau sekolah lagi,” papar dia.
Apalagi setelah keluarnya pengumuman dia bersama kedua putrinya terjangkit Covid-19 maka memiliki pengaruh terhadap satu kompleks perumahan tempat tinggal mereka.
Pengaruh dalam hal stigma. Hal ini pun dirasakan Maria bersama keluarganya.
Baca Juga: Lambatnya Vaksinasi Covid-19 Dunia Terganjal Polemik Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
“Saya masih baca di koran bahwa sekarang yang sakit (Covid-19) masih suka diam-diam karena banyak yang tidak membantu. Itu menyedihkan buat saya, karena seharusnya orang sudah belajar, bahwa kita tuh bisa menangani dengan bersama-sama, kalau bisa saling bantu,” papar dia.
Ketika di masyarakat masih adanya stigma buruk terhadap orang yang terjangkit Covid-19, Maria merasa bahwa kemanusiaan setiap orang menjadi hilang lantaran penyakit tersebut.
Padahal bagi dia, seharusnya tingkat kemanusiaan menajdi semakin tinggi karena memang harus dihadapi bersama-sama.
“Saya pikir, apa ini pendidikan kita yang kurang atau apa? Belum lagi yang di-bully. Saya kan belajar tradisi kita, karena saya penari, saya belajar filosofinya. Sepertinya kan banyak hal-hal yang tinggi dalam filosofi kita, tapi kok ketika kena Covid-19. Apa, sih, yang salah, kok kita (pengidap Covid-19) jadi di-bully habis-habisan? Memang apa, sih, yang bikin kita sakit? Memang kita yang minta? Saya enggak paham,” tutur dia.
Baca Juga: 2 Maret Setahun Lalu, Jokowi Umumkan Pasien Pertama Covid-19
Dia pun merasakanya hingga saat ini tak sedikit orang-orang yang terkena Covid-19 sampai tidak mau memberitahukan ke tetangganya karena nanti takut munculnya stigma negatif dan tidak dibantu.
“Yang begitu-begitu enggak masuk di hati saya. Saya enggak ngerti sampai sekarang. Kadang, aku pikir, aku konsentrasi saja dengan kehidupanku dan keluarga. Masih banyak, kok, yang sayang. Kalau enggak begitu, bisa gila, kalau ngikutin bully-bully-an,” tandas Maria.
Baca Juga: Peringati Setahun Wabah Covid-19, PKS Ajak Donor Plasma Konvalesen
Penulis : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV