Soal Kerumunan Jokowi di NTT, Dokter Tirta: Sanksi Kerumunan Sudah Tidak Relevan untuk Ditegakkan
Peristiwa | 24 Februari 2021, 14:07 WIB
JAKARTA, KOMPAS.TV – Dokter Tirta Mandira Hudhi turut mengomentari kerumunan yang terjadi saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau lumbung pangan dan meresmikan Bendungan Napun Gete di NTT.
Menurut Dokter Tirta, antusiasme massa yang menimbulkan kerumunan pada kunjungan Jokowi ini terjadi lantaran Presiden Jokowi merupakan simbol negara.
“Pak Presiden Joko Widodo, itu sejatinya adalah simbol negara, yang kemana pun beliau pergi akan selalu menarik massa,” ujar Dokter Tirta, dikutip dari akun Instagram @dr.tirta, Rabu (24/2/2021).
Baca Juga: Pengakuan Emak-Emak yang Antusias Sambut Jokowi di NTT
Dalam video singkatnya, Dokter Tirta juga menceritakan pengalaman Atta Halilintar yang kerap mendapat ajakan foto dari banyak orang saat bepergian yang dianggap persis seperti yang dialami Jokowi.
Menurutnya, Jokowi sudah mengapresiasi dan mengedukasi warga untuk tetap memakai masker. Namun, banyaknya kerumunan yang ada membuat Jokowi tidak bisa membubarkan,
“Terlalu banyak kerumunan yang hadir membuat Presiden tidak bisa membubarkan. Bahkan di salah satu video, sedan beliau sampai dikerumuni oleh orang banyak,” jelasnya.
Dokter Tirta juga tidak menyalahkan Jokowi lantaran tidak mengundang warga untuk menyambutnya.
Baca Juga: Viral Kunjungan Jokowi ke NTT Timbulkan Kerumunan, Ini Kata Epidemiolog
Ia mengimbau para protokoler untuk bisa mengambil pelajaran dari kejadian kerumunan tersebut agar ke depannya lebih berhati-hati saat mengatur agenda Jokowi.
“Kedua, Pak Presiden tidak pernah mengajak mereka-mereka untuk datang tapi antusias. Dan hal ini harusnya menjadi refleksi bagi tim protokoler untuk lebih berhati-hati mengatur agenda Bapak Presiden di lapangan,” lanjut Dokter Tirta.
Menurt Dokter Tirta, sanksi kerumunan dalam konteks Jokowi di NTT ini tidak relevan lagi untuk diterapkan.
“Jadi, ya kembali, untuk penerapan sanksi kerumunan menurut saya sudah tidak relevan untuk ditegakkan,” pungkasnya.
Penulis : Fiqih-Rahmawati
Sumber : Kompas TV