Politikus DPR: GAR ITB, Jauh Panggang dari Api
Politik | 15 Februari 2021, 23:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Anggota DPR Arsul Sani menilai Gerakan Antiradikalisme Alumni Institut Teknologi Bandung (GAR ITB) tidak bisa membedakan antara kritis dengan radikal.
"Saya melihat teman-teman yang melaporkan Pak Din sebagai sosok radikal, tidak bisa membedakan Pak Din sebagai sosok kritis dengan seorang yang radikal," kata Arsul Sani saat ditemui di Gedung Parlemen DPR, Jakarta, Senin (15/2/2021).
Sosok radikal, kata Arsul, dilabelkan karena memiliki pemikiran-pemikiran yang sedikit banyak bersentuhan atau berkonfrontasi dengan konsensus bernegara kita.
"Ada keinginan misalnya, mengganti Pancasila, mengubah UUD 1945 tanpa melalui prosedur yang benar," ungkap anggota Komisi III DPR RI ini.
Baca Juga: Jusuf Kalla: Din Syamsuddin Tidak Mungkin Radikal
Selain itu, sosok radikal juga punya pemikiran atau mempersoalkan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), juga menegasikan Kebhinekaan yang ada di Indonesia.
Penggambaran sosok radikal seperti itu, kata Arsul, tak ada dalam diri Din Syamsuddin.
"Bahwa Pak Din Syamsudin itu seorang yang kritis terhadap pemerintahan saat ini, itu iya," ujarnya. Tapi bukan berarti radikalis.
Arsul berharap, Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) tidak perlu menanggapi laporan GAR ITB tersebut.
"Tapi kalau alasannya ada pelanggaran lain, karena Pak Din ASN, ya boleh. Tapi tidak atas dasar radikalisme," ujarnya.
Jika laporan itu didasarkan karena sosok Din Syamsuddin memiliki pemikiran radikalisme, menurut Arsul, hal itu sangat jauh.
"Jauh panggang dari api itu," ucap Arsul mengibaratkannya dengan peribahasa yang ada di nusantara.
Baca Juga: Jubir GAR Alumni ITB: Kami Tidak Menuduh Pak Din Syamsuddin Radikal
Penulis : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV