IDI Minta Pemerintah Lakukan PSBB Super Ketat Jika Angka Infeksi Covid-19 Tidak Kunjung Turun
Update corona | 1 Februari 2021, 15:29 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Slamet Budiarto, Wakil Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta pemerintah untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) super ketat jika jumlah infeksi Covid-19 tidak kunjung turun.
Slamet mengatakan bahwa solusi terakhir untuk menekan angka kasus Covid-19 di Indonesia adalah PSBB super ketat dengan menghentikan mobilisasi masyarakat.
“Jalan terakhir ya PSBB super ketat, mobilisasi masyarakat disetop,” ujarnya, seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (1/2/2021).
Menurutnya PSBB super ketat merupakan jalan terakhir, mengingat vaksin untuk masyarakat Indonesia belum tersedia.
“Enggak ada jalan lagi, apa lagi jalannya? Vaksin belum tersedia,” imbuhnya.
Slamet juga menambahkan bahwa Covid-19 merupakan penyakit mobilitas, sehingga mobilitas masyarakat harus dihentikan agar angka kasus Covid-19 bisa turun.
“Ini kan penyakit kerumunan, penyakit mobilitas. Kalau itu (mobilitas) dihentikan, otomatis (jumlah penyebaran Covid-19) turun. Simpel-nya begitu,” lanjutnya.
Ia juga menyinggung soal tes PCR yang tidak bisa menjadi jaminan seseorang tertular Covid-19 selama perjalanan.
Hingga kini, PB IDI akan terus memantau dan mengevaluasi berlangsungnya Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tahap dua yang berlangsung pada 26 Januari hingga 8 Februari.
Jika PPKM tidak berhasil menurunkan angka infeksi Covid-19 berikut angka kematiannya, Slamet memberikan saran untuk memberlakukan PSBB ketat setidaknya selama satu bulan.
Ia juga mengatakan bahwa pemberlakukan PSBB ketat akan berimbas pada sektor ekonomi. Sayangnya, menurut Slamet, tidak ada jalan lain yang bisa dilakukan untuk menekan penularan virus corona.
“Tinggal Presiden mau memilih yang mana. Kalau mau menurunkan (angka kematian dan infeksi Covid-19) betul-betul turun, risikonya ekonomi,” pungkasnya.
Penulis : Fiqih-Rahmawati
Sumber : Kompas TV