> >

BMKG: Jangan Panik, Banjir Pesisir Manado bukan Tsunami

Peristiwa | 18 Januari 2021, 13:17 WIB
Sejumlah orang menyelamtkan diri dari pasang air laut yang terjadi di pesisir pantai Kota Manado, Minggu (17/2/2021) (Sumber: YouTube via bmkg.go.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk tidak perlu panik menyusul adanya gelombang laut tinggi yang terjadi di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Bahkan, gelombang tinggi itu dipastikan bukan terjadinya tsunami seperti yang dikhawatirkan masyarakat setempat.

Menurut Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo, banjir pesisir yang melanda Kota Manado pada Minggu (17/1/2021) hanya merupakan salah satu kejadian cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Indonesia.

Baca Juga: 6 Warga Meninggal Dunia, 500 Penduduk Mengungsi Akibat Banjir dan Tanah Longsor di Manado

Maka dari itu masyarakat diimbau tidak panik.

“Peristiwa naiknya air laut yang menyebabkan banjir terjadi di Pesisir Manado kemarin merupakan salah satu kejadian cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Indonesia. Jadi masyarakat tidak perlu panik dan tidak perlu mengungsi, tapi tetap waspada dan terus memantau serta memperhatikan update informasi cuaca terkini dari BMKG,” kata Eko Prasetyo seperti dikutip dari laman bmkg.go.id, Senin (18/1/2021).

Eko menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor. Seperti angin kencang dengan kecepatan angin maksimum 25 Knot yang berdampak pada peningkatan tinggi gelombang di Laut Sulawesi, Perairan utara Sulawesi Utara, Perairan Kepulauan Sangihe - Kepulauan Talaud dan Laut Maluku bagian utara dengan ketinggian gelombang mencapai 2,5 - 4,0 meter.

Baca Juga: Gelombang Tinggi Terjang Kawasan Perniagaan di Manado, Sejumlah Kafe Rusak Akibat Arus Laut

Bersamaan dengan itu juga adanya pengaruh kondisi pasang air laut maksimum di wilayah Manado yang menunjukan peningkatan pasang maksimum harian setinggi 170 - 190 cm dari rata-rata tinggi muka air laut (Mean Sea Level/MSL) pada pukul 20.00 - 21.00 WITA.

Berdasarkan analisis gelombang diketahui bahwa arah gelombang tegak lurus dengan garis pantai sehingga dapat memicu naiknya air ke wilayah pesisir.

“Akumulasi kondisi di atas yaitu gelombang tinggi, angin kencang di pesisir dan fase pasang air laut maksimum yang menyebabkan terjadi kenaikan air laut sehingga mengakibatkan banjir yang terjadi di Manado,” papanya.

Baca Juga: Air Laut Pasang, Netizen Serukan Pray For Manado

Lebih lanjut Eko mengatakan, beberapa hari terakhir wilayah Provinsi Sulut  dilanda hujan lebat, angin kencang dan gelombang tinggi di beberapa wilayah perairan.

Fenomena cuaca tersebut sebenarnya merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi terutama pada saat puncak musim hujan seperti saat ini.

“Karena itu kami mengimbau masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir selalu mewaspadai ancaman bahaya pesisir ketika fase pasang air laut berbarengan dengan gelombang tinggi,” tambah Eko.

Baca Juga: Penampakan Mal di Manado Tergenang Banjir Imbas Cuaca Ekstrem

Lebih lanjut Eko mengungkapkan, masyarakat juga diharapkan mengambil langkah antispatif terhadap potensi masuknya air laut ke daratan pada saat fase pasang air laut yang bersamaan dengan gelombang tinggi dan angin kencang.

“Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk terus memperhatikan informasi cuaca terkini dari BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Bitung dan mengikuti arahan dari BNPB/BPBD setempat,” pesan Eko.

Penulis : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU