> >

Selamat dari Tanah Longsor Usai Masuk Masjid, Kapolres Sumedang: "Ini Rahasia Allah..."

Peristiwa | 11 Januari 2021, 15:08 WIB
Masjid An-Nur di Desa Cihanjuang tetap kokoh berdiri, di tengah puing bangunan rumah, Senin (11/01/2021) (Sumber: KOMPAS.com/AAM AMINULLAH)

Melihat hal itu, Kapolres berinisiatif memecahkan kaca jendela masjid, dengan tujuan membuat jalan baru.

“Setelah kaca jendela dipecahkan, saya loncat ke dalam masjid diikuti beberapa wartawan,” imbuh Eko.

Ketegangan yang dirasakan, kata Eko, tak hanya sampai di situ. Pasalnya, dalam waktu bersamaan, tiba-tiba material tanah dalam jumlah besar menimbun lokasi.

Baca Juga: Mensos Risma ke Lokasi Longsor Sumedang, Minta Warga Dievakuasi

“Tempat yang tadi kami gunakan sebagai tempat untuk mematangkan rencana evakuasi itu tertimbun material tanah, listrik yang tadinya menyala kemudian padam. Situasi jadi gelap ditambah debu yang membuat pandangan menjadi tidak jelas,” sebut Eko.

Situasi berlangsung cepat. Kapolres memperkirakan terjangan longsor terjadi hanya sekitar 20 detik. Namun, secepat itu pula, ketika keadaan sudah aman, dirinya melihat semua bangunan sudah menjadi puing.

Kemudian, kata Eko, dia kembali memecahkan kaca jendela masjid yang lainnya untuk memberi jalan bagi orang yang ingin keluar, takut masjid roboh.

“Pasca-longsor susulan singkat yang hanya 10 detik sampai 20 detik ini, kami semua keluar dari masjid dan melihat kondisi sekitar yang berubah menjadi puing dengan dipenuhi tumpukan material tanah,” ujar Eko.

Sementara itu, saat kejadian, kata Eko, personel gabungan lainnya, terdiri dari Danramil Cimanggung, personel BPBD Sumedang, dan Kasitrantibum Satpol PP Kecamatan Cimanggung berlari menuju arah lain.

“Mereka yang tadinya berdiri di sebelah saya meninggal tergulung tanah, karena memilih lari menyusuri setapak masjid yang tiba-tiba dijatuhi material longsor dalam jumlah besar dan terjepit di antara motor-motor dan dua mobil yang saat itu terparkir dan mempersempit jalan setapak masjid tersebut. Semua tidak sempat teriak atau mengaduh, situasi hanya berubah jadi gelap dan hening tanpa teriakan apa pun,”papar Eko.

Baca Juga: Pernyataan Wapres Maruf Amin atas Musibah Sriwijaya Air dan Longsor di Sumedang

Pasca-kejadian, lanjut Eko, dia sempat mendengar suara azan.

“Saya sempat dengar ada yang azan sesaat keluar dari masjid, tidak tahu marbot atau wartawan,” tutur Eko.

Eko menyebutkan, arah longsoran kedua ini berbeda dari longsoran pertama. Jika digambarkan, katanya, arah longsoran pertama dengan longsor susulan ini membentuk dua titik yang berbentuk huruf L.

Saat itu, sesaat sebelum terjadi longsor susulan, sekitar 30 orang tengah sibuk. Mulai dari Basarnas, Polsek, Koramil, Tagana, relawan, dan masyarakat yang sedang mencari keluarganya.

“Masjid itu tadinya mirip posko ketika saya pertama kali tiba. Kehendak Allah yang menentukan siapa yang selamat dan tidak saat itu. Ini menjadi rahasia Allah mengenai usia seseorang. Saat itu saya hanya berpikir ingin ajal di dalam masjid, sehingga jenazah saya akan ketemu jika dievakuasi,” tandas Eko.

Penulis : Gading Persada Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Kompas TV


TERBARU