KSAL Beberkan Fungsi Seaglider Bisa Dipakai Industri hingga Pertahanan Militer
Peristiwa | 4 Januari 2021, 14:33 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono menjelaskan tentang fungsi seaglider bisa untuk data industri hingga kebutuhan pertahanan militer.
Menurut Yudo, seaglider banyak digunakan untuk keperluan survei penelitian kelautan atau untuk mencari data tentang hidroceanografi di lautan.
Seaglider umumnya membawa sejumlah sensor yang dapat merekam antara lain kedalaman laut, arah arus, suhu, batimetri, salinitas, kadar oksigen, kesuburan laut, hingga suara ikan.
Baca Juga: KSAL Tak Tahu Negara Pemilik Seaglider: Ini Bisa untuk Militer atau Industri
Data tersebut juga bisa diakses melalui website. Semua negara bisa mengakses data yang direkam seaglider tersebut.
"Alat ini (seaglider) bisa digunakan untuk industri maupun bisa digunakan untuk pertahanan tergantung siapa yang memakai," ujar Yudo dalam konferensi pers, Senin (4/1/2021).
"Apabila untuk indusri, alat ini bisa digunakan untuk kebutuhan pengeboran di dasar laut, juga untuk mencari ikan," sambung Yudo.
Sementara jika dipakai untuk pertahanan militer, biasanya digunakan untuk data kedalaman ataupun layer di lautan.
"Di mana kapal selam supaya tidak dideteksi dicari kedalamannya layernya yang pekat atau tidak, kalau pekat berarti tidak dapat dideteksi," terang Yudo.
"Jadi bisa digunakan untuk data militer, bisa juga digunakan untuk industri," imbuhnya menegaskan.
Meski demikian, Yudo memastikan, seaglider yang ditemukan nelayan di Kepulauan Selayar Selatan, Sulawesi Selatan, itu tidak bisa mendeteksi kapal selam.
"Alat ini tidak bisa mendeteksi kapal selam maupun mendeteksi keberadaan kapal atas air kita. Jadi ini nggak bisa untuk mendeteksi seperti sonar kapal perang itu tidak bisa. Ini hanya untuk data batimetri atau kedalaman air laut di bawah permukaan," jelas Yudo.
Baca Juga: Terkait Drone Bawah Laut yang Ditemukan di Sulsel, Berikut Penjelasan Menhan Prabowo Subianto
Pemilik Belum Diketahui
Saat ini, kata Yudo, benda tersebut saat ini sudah berada di Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) untuk diteliti lebih lanjut.
Dari pemeriksaan sementara, seaglider ini mempunyai kerangka dua sayap masing-masing berukuran 50 sentimeter.
Kemudian, untuk panjang bodi berukuran 225 sentimeter. Seaglider ini juga mempunyai antena belakang dengan panjang 93 sentimer.
Yudo mengatakan, di bodi seaglider tersebut, terdapat instrumen mirip kamera. Adapun seluruh kerangka seaglider ini terbuat dari aluminium.
Dari pemeriksaan sementara, Yudo memastikan bahwa tidak ada ciri-ciri tulisan yang menjadi penanda negara pembuat.
"Saya tidak bisa menentukan siapa pemiliknya ini karena datanya tulisan di luarnya ini tidak ada. Kami tidak rekayasa, bahwa yang kami temukan seperti itu masih persis seperti yang ditemukan nelayan tersebut kita bawa ke sini (Jakarta)," jelasnya.
"Kami akan teliti lebih dalam lagi di Pushidrosal, tentunya juga berkoordinasi dengan kementerian riset atau BPPT sehingga bisa meneliti lebih dalam tentang penemuan tersebut," sambung Yudo.
Yudo juga menjelaskan bahwa seaglider sebelumnya ditemukan seorang nelayan yang tengah memancing di Kabupaten Kepulauan Selayar Selatan, Sulawesi Selatan, sekitar pukul 07.00 WITA pada 26 Desember 2020.
Setelah menemukan benda itu, nelayan tersebut kemudian melaporkan ke petugas Babinsa dan kemudian diboyong ke Koramil setempat.
Benda tersebut awalnya dicurigai sebuah drone laut untuk mata-mata. Temuan ini kemudian membuat heboh diperbincangkan di media sosial.
Baca Juga: Drone Mata-Mata China Ditemukan di Laut Indonesia, Ternyata Ini yang Ketiga Kalinya
Penulis : fadhilah
Sumber : Kompas TV