Mutasi Virus Corona N501Y di Inggris, Lebih Berbahaya Atau Tidak?
Update corona | 26 Desember 2020, 15:07 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Mutasi virus corona yang menghebohkan dunia dikabarkan muncul di Inggris pada Desember 2020. Hasil analisis genomik virus corona menunjukkan adanya sekelompok mutasi virus corona (varian) baru pada lebih dari 50 persen kasus Covid-19 di Inggris.
Varian ini dikenal dengan nama VUI 202012/01 (Variant Under Investigation, tahun 2020, bulan 12, varian 01), yang terdiri dari sekumpulan mutasi, antara lain sembilan mutasi pada protein S (deletion 69-70, deletion 145, N501Y, A570D, D614G, P681H, T716I, S982A, D1118H). Varian baru (501.V2) juga ditemukan secara signifikan pada kasus Covid-19 di Afrika Selatan yaitu kombinasi 3 mutasi pada protein S: K417N, E484K, N501Y.
Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Gunadi,mengatakan, sampai hari ini varian VUI 202012/01 telah ditemukan pada 1,2 persen virus dalam database GISAID. Sebanyak 99 persen varian tersebut dideteksi di Inggris.
Baca Juga: Ada Mutasi Virus Corona di Inggris, Bagaimana Nasib Vaksin RI?
Selain Inggris, varian ini telah ditemukan di Irlandia, Perancis, Belanda, Denmark, Australia. Sedangkan di Asia baru ditemukan tiga kasus yaitu Singapura, Hong Kong, dan Israel.
“Dari sembilan mutasi virus corona ada satu mutasi yang dianggap paling berpengaruh yaitu mutasi N501Y,” ujarnya, Sabtu (26/12/2020).
Ia menerangkan mutasi N501Y terletak pada Receptor Binding Domain (RBD) protein S. RBD merupakan bagian protein S yang berikatan langsung dengan ACE2 receptor untuk menginfeksi sel manusia.
Sementara, mutasi virus corona D614G yang pernah ditemukan di Indonesia dan sejumlah negara lainnya menyerang interface atau penghubung protein S.
Baca Juga: Waspada Mutasi Virus Corona, Bisa Lebih Menular?
Selain itu, mutasi baru ini juga menjadi perhatian karena rentan menyerang orang di bawah usia 60 tahun.
“Mutasi virus sebenarnya bukan hal baru karena wajar virus bermutasi, hanya saja menjadi perhatian karena transmisi atau penularan kali ini mencapai 70 persen,” kata Gunadi.
Meskipun demikian, ia mengimbau masyarakat tidak perlu panik menghadapi mutasi virus corona selama tetap menerapkan protokol kesehatan ketat. Terlebih, keganasan dan kekebalan mutasi virus corona ini terhadap vaksin belum terbukti.
Baca Juga: Soal Temuan Baru Mutasi Virus Corona di Indonesia, Ini Penjelasannya
Lantas, bagaimana mutasi baru ini berpengaruh terhadap mekanisme deteksi diagnosis Covid-19 dengan PCR? Gunadi menjelaskan PCR untuk diagnosis infeksi Covid-19 mendeteksi kombinasi beberapa gen pada virus corona, missal, gen N, gen orf1ab, gen S, dan sebagainya.
“Karena varian baru (mutasi virus corona) tersebut terdiri dari banyak mutasi pada protein S, maka diagnosis Covid-19 sebaiknya tidak menggunakan gen S, karena bisa memberikan hasil negatif palsu,” tuturnya.
Penulis : Switzy-Sabandar
Sumber : Kompas TV