Saat Pangdam Jaya Ungkap Isi Ponsel Para Penyusup Demo Tolak UU Cipta Kerja
Peristiwa | 12 Oktober 2020, 17:23 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman menangkap sejumlah orang yang diduga sebagai penyusup dalam demo tolak Omnibus Law Cipta Kerja Kamis (8/10/2020) lalu.
Dari hasil pemeriksaan, diketahui para penyusup itu sengaja datang ke Jakarta atas perintah seseorang yang malah tidak ikut dalam aksi.
Terungkap pula mereka dijanjikan akan dibayar setelah mengikuti demo. Jadi, tujuan orang-orang tersebut hanya uang saja, karena bahkan mereka tak tahu tujuan berdemo.
"Ada beberapa kita tangkap bersama pihak kepolisian, mereka ini tidak paham sama sekali tujuannya (berdemo, red) untuk apa, bahkan mereka itu ada yang datang dari Subang," ungkap Dudung seperti dikutip dalam video yang diunggah akun Instagram suhartono323, Sabtu (10/10/2020) via Tribunnews.com.
Baca Juga: Demo Penolakan Omnibus Law di Kupang Mendapat Aksi Tandingan
"Saya tanya siapa yang menggerakkan, 'ada pak saya disuruh ke sini' jawab dia. Dia tidak bawa uang, bahkan ada yang bawa cuma Rp 10 ribu, saya tanyakan setelah demo, mereka pulang pakai apa?," lanjutnya.
Selain itu, Dudung juga mengungkapkan isi ponsel orang-orang yang diduga penyusup itu.
"Dari hasil HP yang kita periksa, mereka dijanjikan setelah demo dapat uang bahkan penggeraknya tidak datang ke Jakarta. Dia berhenti di Pamanukan," beber Dudung.
Pangdam Jaya pun meyakini kalau yang melakukan aksi anarkis saat demo menolak UU Cipta Kerja bukan dari golongan mahasiswa ataupun buruh, melainkan dari oknum lain yang tak bertanggung jawab.
Baca Juga: Ditangkap Polisi, Ketua KAMI Medan akan Dibawa ke Jakarta Dugaan Demo Rusuh Omnibus Law
"Saya punya keyakinan kalau mahasiswa dengan buruh punya misi aksi damai, rata-rata mereka terpelajar lah, paham dengan aksinya yang ingin disampaikan. Saya yakin dan saya lihat yang melakukan pelemparan kepada polisi itu bukan dari mahasiswa, kalau mereka mahasiswa pasti pakai jaket almamater," beber Dudung.
Pengamat Intelijen Soal Penyusup
Sementara itu, Analis intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta tak menampik adanya penyusup dalam demo.
Stanislaus mencurigai adanya penyusup yang berbuat anarkis tersebut membuat aksi unjuk rasa menjadi tidak simpatik dan malah merugikan masyarakat.
"Tidak ada masalah dengan demo yang dilakukan mahasiswa dan buruh di berbagai kota di Indonesia, hal tersebut dijamin konstitusi. Namun, adanya penyusup yang memprovokasi dan melakukan perusakan fasilitas umum serta perlawanan terhadap aparat membuat situasi menjadi ricuh," ujar Stanislaus, ketika dihubungi Tribunnews.com, Jumat (9/10/2020).
Baca Juga: NA : Pengunjuk Rasa Dan Petugas Keamanan Harus Menahan Diri
Menurutnya, aksi perusakan seperti pembakaran halte Transjakarta dan perusakan kendaraan polisi termasuk ambulans menunjukkan para pelaku mempunyai tujuan lain.
Hal tersebut membuat kerugian yang cukup besar terutama terhadap masyarakat yang sehari-hari menggunakan fasilitas umum.
Karena itu, ia meminta pemerintah bertindak tegas menindak para pelaku.
"Pemerintah dalam hal ini aparat keamanan harus bertindak tegas dan melakukan proses hukum terhadap pelaku perusakan dan kekerasan dalam unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja tersebut. Jangan biarkan negara ini menjadi arena bagi kelompok-kelompok yang menunggangi isu populis demi kepentingannya," jelasnya.
Stanislaus juga memberikan apresiasi kepada aksi masyarakat Yogyakarta selepas unjuk rasa yang langsung gotong royong membersihkan dan memperbaiki kawasan Malioboro setelah dirusak oleh massa pelaku unjuk rasa.
"Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat Yogyakarta tidak mendukung aksi kekerasan dalam unjuk rasa tersebut. Masyarakat Jogja dengan budayanya yang luhur pasti menolak cara-cara tersebut, dan mereka melawannya dengan cara yang beradab dengan gotong royong," kata Stanislaus.
Baca Juga: Begini Penampakan Kerusakan Pasca Demo Tolak UU Cipta Kerja di Malioboro
Penulis : Idham-Saputra
Sumber : Kompas TV