> >

Mengenal Skema 20-20-20 untuk Mitigasi Tsunami Selatan Pulau Jawa, BMKG: Masih Relevan

Peristiwa | 28 September 2020, 05:35 WIB
Ilustrasi: Tsunami. Mengenal Skema 20-20-20 untuk Mitigasi Tsunami Selatan Pulau Jawa, BMKG: Masih Relevan. (Sumber: Pixabay)

Menanggapi kabar viral tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan dalam menghadapi potensi bencana gempa dan tsunami, masyarakat diimbau untuk tetap siaga.

Seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (21/7/2019) lalu, Agus Wibowo yang sebelumnya menjabat sebagai Plh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB mengatakan masyarakat yang tinggal di pinggir pantai dapat menerapkan prinsip 20-20-20.

Apabila tidak ada daerah dengan ketinggian minimal 20 meter, maka dalam proses evakuasi, gedung tinggi di pinggir pantai juga dapat digunakan.

Asalkan bangunan tersebut masih berdiri kokoh setelah gempa berhenti.

Agus yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pengembangan Strategi Penanggulangan Bencana BNPB, mengungkapkan, ciri bangunan yang memiliki kualitas tahan gempa yang baik, yakni yang sudah diuji oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Baca Juga: Riset ITB Potensi Tsunami 20 Meter Bikin Geger

Ilustrasi: gelombang tsunami. Mengenal Skema 20-20-20 untuk Mitigasi Tsunami Selatan Pulau Jawa, BMKG: Masih Relevan. (Sumber: Grid.id)

 

Riset ITB Tsunami 20 Meter

 

Potensi tsunami setinggi 20 meter yang mengancam Selatan Jawa, berdasarkan riset peneliti ITB terjadi akibat potensi aktivitas gempa besar yang terdeteksi berdasarkan data inversi GPS.

Salah satu peneliti riset ITB ini, Endra Gunawan mengatakan, berdasarkan analisis dua aspek studi, seandainya wilayah Selatan Jawa bagian barat, tengah, dan timur, terjadi gempa besar secara bersamaan, maka akan memicu gempa berkekuatan magnitudo 9,1.

"Kemudian dari informasi tersebut, kami modelkan potensi tsunaminya, dan muncullan (potensi tsunami) 20 meter di Jawa bagian barat, dan 10 meter di Jawa bagian tengah dan timur," ungkap dosen Teknis Geofisika ITB ini.

Lebih lanjut Rahmat menjelaskan sejak tsunami Aceh pada 2004 silam, secara langsung telah meningkatkan mitigasi tsunami maupun gempa bumi pada masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar pantai.

"Tidak hanya itu (skema mitigasi 20-20-20) Sejak tsunami Aceh, masyarakat mulai sadar bahwa begitu ada gempa, yang terpikir adalah tsunami. Bahkan, sumber gempa bumi di darat dan BMKG tidak merilis peringatan tsunami, namun warga pesisir pantai langsung akan lari menjauhi pantai," ungkap Rahmat.

Baca Juga: Potensi Tsunami Besar di Selatan Jawa, Kemungkinan Terburuk Gempa Hingga M 9,1

Penulis : fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU