Kenaikan Kasus Covid-19 Meningkat Drastis, Rumah Sakit di Depok Kewalahan
Update corona | 21 September 2020, 10:04 WIBDEPOK, KOMPAS.TV - Pandemi Covid-19 di Depok, Jawa Barat, semakin mengkhawatirkan. Sekitar 1-2 bulan belakangan, Depok mengalami pertumbuhan kasus Covid-19 yang sangat tinggi, seperti halnya DKI Jakarta.
Seperti dilansir dari Kompas.com, kini Depok sudah melaporkan 3.287 kasus positif Covid-19. Jumlah ini merupakan yang terbanyak se-Jawa Barat, sekaligus tertinggi di Bodetabek.
Yang mengkhawatirkan dari Depok bukan hanya laju tambahan kasus positif Covid-19 yang terus melonjak, tetapi juga laju kematian yang semakin cepat.
Meskipun secara proporsional tingkat kematian akibat Covid-19 di Depok tak begitu tinggi yakni 3,4 persen (DKI Jakarta 2,5 persen; Indonesia 3,9 persen), tetapi jumlah pasien yang meninggal mengalami lonjakan pesat dalam 1-2 bulan terakhir.
Berikut data kematian di Depok dalam tiga bulan terakhir:
20 Juni: 34 korban 20 Juli: 39 korban (+5 atau 1,4 persen)
20 Agustus: 60 korban (+21 atau 54 persen)
20 September: 112 korban (+52 atau 87 persen)
Itu artinya, jumlah kematian pasien Covid-19 di Depok naik nyaris 3 kali lipat dalam kurun 2 bulan, yakni dari 39 korban menjadi 112 korban. Jumlah kematian ini hanya menghitung kematian pasien yang telah terkonfirmasi positif Covid-19 saja. Meskipun definisi kematian akibat Covid-19 menurut WHO juga menghitung kasus-kasus kematian suspect/PDP (pasein dalam pengawasan). Jadi jika mengacu pada penghitungan sesuai standar WHO, dikhawatirkan jumlah kematian yang sesungguhnya lebih besar lagi.
"(Kasus Covid-19) yang ditemukan semakin banyak dan kasus saat ini banyak yang bergejala berat. Kalau dulu kan banyaknya kasus tanpa gejala," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita seperti dilansir dari Kompas.com. "Kemarin itu banyak di usia produktif, sekarang agak bergeser. Dari data-data yang ada, kematian ini banyak di usia lanjut, di atas 50 tahun dengan penyakit komorbid (penyakit penyerta)," tambah Novarita lagi.
Pergeseran tren di Depok juga sempat disinggung oleh Direktur RSUD Kota Depok, Devi Maryori. Rumah sakit yang ia kelola merupakan 1 dari 19 rumah sakit rujukan di Depok yang belakangan kian terisi penuh oleh pasien-pasien Covid-19.
"Kondisi di lapangan terjadi beberapa peningkatan atau ekskalasi, yang membuat kami sulit mencari rujukan ICU atau high care," kata Devi. "Memang kecenderungannya di akhir-akhir ini, kira-kira sebulan atau 3 minggu terakhir ini, jumlah pasien yang butuh pengawasan itu lebih banyak daripada yang sudah-sudah," kata dia.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Depok, melainkan juga di kota-kota di Jabodetabek, seiring bebasnya aktivitas warga di luar rumah yang membuat mereka malah membawa pulang virus ke rumah.
"Bisa begitu dugaannya. Jadi orang-orang usia produktif ini pulang ke rumah, lalu menularkan ke (keluarga di) rumahnya yang ada orang lanjut usia," kata Novarita.
Rumah sakit di Depok nyaris tak mampu terima pasien. Semakin banyaknya pasien Covid-19 bergejala berat di Depok, seharusnya diimbangi dengan ketersediaan ruang perawatan di rumah sakit agar pasien dapat segera ditangani.
Berdasarkan data yang diumumkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, Kamis lalu, keterisian 19 rumah sakit rujukan Covid-19 di Depok sudah hampir menyentuh 80 persen.
Depok perlu sesegera mungkin menambah kapasitas tempat tidur pasien Covid-19, namun hal itu sia-sia belaka tanpa penambahan tenaga medis. Untuk menyiasatinya, Pemerintah Kota Depok menyatakan sedang menjajaki komunikasi dengan organisasi profesi dokter (IDI) dan perawat (PPNI).
Akan tetapi, tambahan tenaga medis tak bakal terwujud dalam 1-2 hari, karena membutuhkan pendataan dan pemetaan yang jeli soal kompetensi mereka. Selagi kapasitas rumah sakit belum ditambah, Depok terpaksa merujuk pasien-pasien Covid-19 yang tak dapat tertampung ke kota lain, seperti Bogor, Bekasi, atau Jakarta.
Novarita mengamini bahwa lonjakan kematian pasien Covid-19 di Depok mungkin berkaitan dengan situasi rumah sakit yang mulai kewalahan menerima pasien Covid-19. Namun, ia enggan menyebutnya sebagai penyebab tunggal.
Ia tak bisa memastikan bahwa lonjakan kematian pasien Covid-19 di Depok disebabkan hanya karena antrean pasien menuju ruang perawatan.
"Saya perlu data yang lebih akurat. Takutnya saya analisisnya enggak tepat," ujar Novarita.
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV