> >

Muhammad Nasir Marah pada Bos Freeport Saat Rapat: Kalau Tidak Bisa Menghargai, Ngapain

Politik | 28 Agustus 2020, 04:30 WIB
Anggota DPR Komisi VII, Muhammad Nasir (Sumber: Youtube/@DPR RI)

JAKARTA, KOMPAS TV - Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Demokrat, Muhammad Nasir, kembali marah saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) pada Kamis (27/8/2020).

Hari itu, diketahui Komisi VII DPR RI diagendakan melaksanakan RDP dengan Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 

Selain itu, hadir pula seharusnya Direksi PT Freeport. Namun belakangan diketahui Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Clayton Allen Wenas atau dikenal Tonny Wenas tidak hadir. 

Baca Juga: Duduk Permasalahan Muhammad Nasir Usir Bos Inalum Saat Rapat DPR, Ini Videonya

Tonny Wenas diwakilkan oleh Wakil Presiden Direktur yakni Jenpino Ngabdi. Hal inilah yang menjadi pemicu kemarahan Muhammad Nasir.

Mula-mula Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno yang jadi pimpinan sidang hendak mengambil alih rapat usai Anggota Komisi VII DPR RI, Andi Yuliani Paris melontarkan kritik soal niat Freeport membangun smelter.

Namun belum sampai diambil alih, Muhammad Nasir melakukan interupsi. Ia meminta Eddy Soeparno selaku pimpinan sidang bisa mengatur rapat dengan baik.

Setelah itu, Nasir menyinggung mengenai undangan yang disampaikan oleh DPR kepada para mitra kerjanya untuk menghadiri rapat. 

Bahwa, berdasarkan undangan tersebut, kata Nasir, mestinya Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tonny Wenas hadir dalam rapat, bukan diwakilkan.

Baca Juga: Profil Muhammad Nasir, Anggota DPR dari Partai Demokrat yang Usir Bos Inalum Saat Rapat

“Kita punya marwah di sini, punya martabat. Kalau orang tidak bisa menghargai kita, ngapain. Kalau bisa rapat kita skors dulu,” kata Nasir di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada Kamis (27/8/2020). 

“Kita punya marwah DPR. Ini lembaga yang terhormat. Kalau orang tidak bisa menghormati kita, untuk apa kita hormati.”

Selanjutnya, Nasir mengingatkan kepada pimpinan sidang Eddy Soeparno. Menurut Nasir, dirinya juga pernah berada pada posisi sebagai pimpinan rapat.

Kala itu, apabila saat rapat ada direktur perusahaan yang tidak hadir, ia tak segan-segan akan meminta perwakilannya pulang. 

Ia akan menunggu waktu sampai direktur perusahaan tersebut bisa menghadiri rapat. Dengan dihadiri sang direktur, ia menilai rapat akan berjalan dengan baik.

Baca Juga: Mengintip Kekayaan Muhammad Nasir yang Usir Bos Inalum: Koleksi Mobil Mewah, tapi Tak Punya Motor

"Tolong pimpinan hargai semua teman-teman yang ada di sini. Kami percaya pada pimpinan karena pimpinan kami pilih dan kami percaya memimpin sidang ini dengan baik," tuturnya.

Bukan kali ini saja Muhammad Nasir cukup keras saat rapat dengar pendapat bersama para mitra kerjanya di DPR.  

Pada Selasa, 30 Juni 2020 Muhammad Nasir juga marah saat Komisi VII DPR RI menggelar RDP dengan holding BUMN tambang.

Sampai-sampai Muhammad Nasir mengusir bos PT Inalum atau MIND ID, Orias Petrus Moedak dari rapat.

Perdebatan panas itu bermula ketika Orias menjelaskan mengenai refinancing terkait utang Inalum sebagai salah satu strategi pendanaan setelah mengambil alih PT Freeport Indonesia. 

Baca Juga: Profil Muhammad Nasir, Anggota DPR dari Partai Demokrat yang Usir Bos Inalum Saat Rapat

Refinancing dilalukan dengan cara menerbitkan obligasi global sebesar 2,5 miliar dollar atau setara Rp37,5 triliun dengan catatan kurs sebesar Rp15.000.

Menurut Orias, dana tersebut akan digunakan untuk membayar utang yang telah jatuh tempo sebesar 1 miliar dollar. 

Adapun sisanya akan digunakan untuk mengakuisisi saham PT Vale Indonesia. Juga membantu membayar pinjaman anak usaha holding lainnya.

Ketika mendengar penjelasan Orias, Nasir merasa tidak puas. Nasir kemudian kembali bertanya kepada Orias soal skema refinancing dan jaminan atas pinjaman yang diperoleh perusahaan pelat merah tersebut.

Orias menyebut tidak ada jaminannya. Pasalnya, baik pemberi pinjaman maupun Inalum percaya pinjaman tersebut dapat dilunasi. Mendapat jawaban itu, Nasir belum juga tak puas. Ia mengaku khawatir tiga perusahaan lain akan menjadi korban.

Baca Juga: MKD akan Surati Erick Thohir karena Menilai Dirut Inalum Tidak Beretika Saat Rapat dengan DPR

Artinya, perusahaan yang ada di holding BUMN tambang hanya akan menjadi sapi perah untuk membayar utang-utang Inalum. Karena itu, Muhammad Nasir memberikan saran agar membentuk panitia khusus (pansus) terkait Inalum.

Rapat kemudian berlanjut. Anggota DPR yang menjadi peserta rapat lainnya turut berbicara menyampaikan pendapatnya. Tapi beberapa jam kemudian, Nasir kembali angkat bicara.

Kali ini, Nasir mempersoalkan data-data atau bahan rapat yang dibawa oleh perusahaan BUMN yang hadir dalam RDP tersebut. Nasir menyinggung bahan-bahan yang dibawa saat rapat tidak lengkap.

“Itu yang kami khawatirkan. Makanya kita minta data detilnya. Kalau bapak sekali lagi gini, saya suruh bapak keluar,” kata Nasir.

Mendengar ucapan anggota dewan itu, Nasir tak diam. Ia menimpalinnya. “Kalau bapak suruh saya keluar, ya saya keluar,” ucap Orias.

Baca Juga: Anggota DPR Usir Bos Inalum: Kurang Ajar Anda, Kalau Enggak Senang, Keluar!

“Iya, bapak bagus keluar, karena enggak ada gunanya bapak rapat di sini. DPR ini bukan buat main-main. Anda bukan main-main di sini,” kata Nasir dengan nada tinggi.

“Saya enggak main-main,” jawab Orias.

 “Anda kalau rapat, harus lengkap bahannya. Enak betul anda di sini. Siapa yang naruh anda di sini? Percuma naruh orang kayak gini. Ngerti? Kurang ajar anda,” ujar Nasir.

“Kurang ajar anda di sini. Kalau anda enggak senang, anda keluar. Kau pikir punya saudara kau ini semua?”

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU