Rokok Bisa Sebabkan Aneurisma! Kenali Gejala dan Cara Cegah Pecah Pembuluh Darah Otak
Kesehatan | 18 Desember 2024, 03:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Dokter sekaligus influencer, dr. Azmi Fadhlih,SpDv, meninggal dunia di Bali, Senin (16/12/2024) pukul 02.00. Kakak ipar dokter Azmi, Lury Alex Noerdin, menyebut, ayah dua anak itu meninggal karena pecahnya pembuluh darah di otak atau aneurisma.
"Pecah pembuluh darah di otak atau aneurisma," ujar Lury Alex Noerdin Senin malam, mengutip Kompas.com.
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, aneurisma otak adalah kondisi di mana terjadi penggelembungan pembuluh darah di otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah di suatu titik tertentu.
Aneurisma otak juga dikenal dengan aneurisma serebral. Aneurisma otak merupakan aneurisma yang paling sering terjadi selain aneurisma pada pembuluh darah aorta pars abdominal.
Baca Juga: Skema hingga Detail Insentif dari Pemerintah untuk Masyarakat Terdampak PPN 12%
Jika aneurisma pada otak pecah, hal tersebut bisa menyebabkan hal yang lebih buruk, seperti kerusakan otak, stroke hemoragik, koma, dan kematian.
Bagaimana gejala aneurisma otak?
Apabila masih berukuran kecil dan belum pecah, aneurisma otak sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun, jika ukuran aneurisma membesar, penderita bisa mengalami berbagai keluhan, seperti :
- Nyeri di sekitar mata.
- Mati rasa di salah satu sisi wajah.
- Pusing dan sakit kepala.
- Kesulitan berbicara
- Gangguan keseimbangan
- Sulit berkonsenstrasi
- Penurunan daya ingat.
- Gangguan penglihatan
Selain itu, aneurisma otak yang makin membesar bisa pecah dan menimbulkan perdarahan di otak.
Gejala pecahnya aneurisma otak dapat berupa :
- Sakit kepala parah.
- Pandangan kabur atau penglihatan ganda.
- Mual dan muntah.
- Lemah atau lumpuh di salah satu sisi tubuh atau tungkai.
- Sulit berbicara
- Sulit berjalan
- Kelopak mata turun (ptosis)
- Kejang
- Penurunan kesadaran
Penyebab aneurisma otak Penyebab melemahnya dinding pembuluh darah di otak ini belum bisa dipastikan. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya aneurisma otak, yaitu :
- Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Berusia lebih dari 40 tahun.
- Berjenis kelamin perempuan, terutama yang sudah menopause.
- Memiliki riwayat cedera kepala.
- Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
- Menggunakan narkoba, terutama kokain.
- Memiliki kebiasaan merokok.
- Memiliki keluarga dengan aneurisma otak.
Selain faktor-faktor tersebut, ada beberapa penyakit yang dapat meningkatkan risiko terjadinya aneurisma otak, yaitu :
- Penyakit ginjal polikistik
- Koartasio aorta
- Malformasi arteri-vena
- Sindrom Ehlers-Danlos
- Sindrom Marfan
Baca Juga: 15 Tahun di Indonesia, Mary Jane Bicara Bahasa Jawa saat Beri Ucapan Perpisahan Pulang ke Filipina
Pencegahan aneurisma otak
Melakukan kontrol secara rutin jika menderita penyakit yang meningkatkan risiko terjadinya aneurisma otak, seperti hipertensi, bisa mencegah aneurisma otak. Selain itu, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah aneurisma otak, seperti:
- Berhenti merokok
- Tidak menggunakan narkoba.
- Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
- Berolahraga secara rutin.
- Menjaga berat badan ideal.
Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Gading-Persada
Sumber : Kementerian kesehatan, Kompas.com