> >

Awas Keliru, Ini 6 Perbedaan Gejala DBD dan Tifus

Kesehatan | 23 November 2024, 01:00 WIB
Kementerian Kesehatan mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama musim kemarau, yaitu Juli-Agustus. (Sumber: Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Demam berdarah dengue (DBD) menjadi salah satu penyakit yang harus diwaspadai saat musim hujan tiba. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia.

Pada 2022, tercatat sebanyak 1,1 juta kasus DBD di Indonesia. Sayangnya gejala DBD hampir serupa dengan penyakit tifus, sehingga kerap terlambat mendapat penanganan. 

Baca Juga: Peralihan Musim, Kasus DBD di Karangasem Bali Dilaporkan Meningkat

Berikut perbedaan gejala DBD dan tifus:

1. Demam

Gejala demam pada penyakit DBD muncul tiba-tiba dengan suhu tubuh mencapai 39 hingga 40°C atau lebih, tanpa disertai gejala flu seperti batuk atau pilek. Demam juga berlangsung sepanjang hari.

Sementara demam pada penyakit tifus cenderung naik-turun dan berpola. Contohnya, penderita tifus akan mengalami demam tinggi pada malam hari dan turun pada siang hari.

2. Sakit pada perut

Penyakit tifus dan DBD hampir sama-sama menimbulkan gejala nyeri pada bagian perut. Pengidap demam berdarah biasanya juga akan mengalami gejala berupa nyeri pada ulu hati.

Sementara itu, pengidap tifus akan merasakan gejala tidak enak pada bagian perut, tetapi tak sampai menimbulkan nyeri hebat.

3. Tidak menyebabkan syok

Pengidap tifus umumnya tidak akan mengalami syok kecuali jika penyakitnya sudah berkembang menjadi komplikasi berat, seperti perforasi usus atau perdarahan hebat. Sementara itu, pada kasus demam berdarah dengue (DBD), syok lebih sering terjadi, terutama saat memasuki fase kritis. 

Syok pada DBD, yang dikenal sebagai syok dengue (dengue shock syndrome), terjadi akibat kebocoran plasma darah yang menyebabkan penurunan volume cairan dalam pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun drastis. Kondisi ini dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

4. Bintik merah

Kulit pengidap demam berdarah akan muncul bintik merah yang terjadi akibat pendarahan, Jika ditekan bintik ini tak akan pudar. Selain itu, pengidap demam berdarah biasanya akan mengalami mimisan dan perdarahan ringan pada gusi. 

Sedangkan gejala tifus, bintik merah bukan disebabkan pendarahan, melainkan akibat infeksi dari bakteri salmonella.

5. Nyeri 

Pengidap demam berdarah akan mengalami nyeri sendi, otot, dan tulang. Bukan hanya itu, demam berdarah juga bisa menyebabkan pengidapnya sakit kepala parah, mual, dan muntah.

Sementara gejala tifus berkaitan dengan saluran pencernaan. Oleh karena itu, gejala demam pada pengidap tifus pasti disertai dengan gejala sakit di saluran cerna, seperti sakit perut, diare, ataupun sembelit. 

Baca Juga: Kemenkes Percepat Vaksin DBD Jelang Musim Hujan, Begini Cara Mendapatkannya

6. Musiman

Penyakit tifus bukanlah penyakit musiman, sehingga mengancam sepanjang tahun apabila tidak menjaga kebersihan lingkungan dengan baik. Sedangkan demam berdarah merupakan penyakit musiman. 

Kasus DBD akan meningkat saat musim penghujan, saat lingkungan menjadi lembap dan cocok untuk tempat nyamuk berkembang biak.

 

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Gading-Persada

Sumber : Kementerian Kesehatan


TERBARU