> >

Heboh Bayi Diberi Obat Penambah Nafsu Makan, Benarkah Bayi Gemuk Dianggap Sehat, Mitos atau Fakta?

Kesehatan | 15 Oktober 2024, 00:00 WIB
Ilustrasi bayi gemuk (Sumber: Unsplash)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Peristiwa terbaru bayi dicekoki oleh babysitter dengan obat penambah nafsu makan secara berlebihan sehingga membuat bayi gemuk tengah menjadi sorotan. Ibu-ibu yang memiliki balita diharapkan hati-hati agar tak terjadi kejadian seperti di Surabaya ini. 

Obat yang diberikan oleh babysitter kepada bayi itu adalah dexamethasone dan pronicy. Dexamethasone merupakan obat anti inflamasi atau anti peradangan.

Obat ini juga bisa digunakan sebagai obat tidur. Sementara pronicy adalah obat golongan anti histamin yang memiliki efek meningkatkan nafsu makan.

Terpisah dengan kasus tersebut, membuat bayi agar gemuk memang terlihat menggemaskan dan lucu, namun jika dilihat dari kacamata kesehatan, benarkah bayi gemuk itu sudah pasti sehat? 

Baca Juga: Dokter Ungkap Alasan Balita Dilarang Minum Teh Manis

Ternyata, banyak kejadian membuat bayi gemuk malah bikin sang bayi terkena obesitas.

Obesitas dapat mengakibatkan risiko sindrom metabolik, diabetes, dan berbagai penyakit kronis lainnya.  Untuk itu, orangtua perlu mengetahui cara mencegah terjadinya obesitas pada anak. 

Menurut dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia (UI) Dr. dr. Inge Permadhi, SpGK (K), edukasi mengenai makanan sehat dan bergizi seimbang penting untuk menurunkan risiko obesitas

"Di sekolah itu gurunya harus mengajarkan kepada muridnya tentang makanan yang sehat dengan gizi seimbang. Karena anak sekarang pintar-pintar, mereka yang nanti dapat menjadi jembatan edukasi kepada orang tuanya," kata Inge, seperti ditulis Antara beberapa waktu lalu. 

Inge menyampaikan bahwa edukasi terhadap orangtua dan sekolah harus diterapkan bersama-sama.

Sekolah diimbau untuk memberikan edukasi tentang makanan sehat serta aktivitas fisik yang cukup sehingga energi yang dimiliki anak-anak dapat disalurkan secara optimal.

ia menekankan pentingnya pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan dan minuman dengan gizi seimbang serta turut mendampingi anak-anak dalam beraktivitas fisik seperti olahraga bersama yang disukai keluarga.

Orangtua diharapkan untuk mengerti kandungan gizi dari makanan atau minuman yang dikonsumsi anak-anak.

Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan, kondisi kelebihan berat badan pada anak, baik overweight maupun obesitas berarti terjadi penumpukan lemak sehingga memiliki risiko penyakit tidak menular (PTM).

Secara umum, obesitas disebabkan oleh tiga faktor, yakni faktor perilaku, lingkungan, dan genetik. Faktor genetik sebenarnya menyumbang 10-30 persen sementara faktor perilaku dan lingkungan dapat mencapai 70 persen.

Pemeriksaan rutin kesehatan bayi penting untuk menentukan apakah perkembangan berat badan bayi masih normal dan tidak berlebihan.

Bayi yang terlalu gemuk, mengalami obesitas, memiliki ciri khas yakni:

  • Gemuk atau berat badannya di atas rata-rata berat normal untuk usianya dan besar.
  • Terjadi kenaikan berat badan tiap bulan di atas rata-rata kenaikan berat bayi. Terdapat lipatan-lipatan pada tubuh terutama bagian dagu.
  • Pipi tampak tembem, leher pendek atau relatif tak terlihat.
  • Pada bayi laki-laki terjadi pembesaran payudara di dadanya dan alat kelamin kecil karena jaringan lemak di area kelamin menumpuk dan menghambat perkembangan alat vitalnya.
  • Bayi dengan sejumlah ciri khas di atas dianggap memiliki berat badan berlebihan dan berisiko mengganggu tumbuh kembang. Selain itu, kondisi ini juga bisa memicu sejumlah masalah kesehatan termasuk diabetes pada anak.

Selain itu, orangtua juga harus mengerti terhadap kondisi anak gemuk yang disebabkan karena berlebihnya tumpukan lemak dan bukan karena otot.

Baca Juga: Cegah Kasus Mengakhiri Hidup, Psikolog: Jangan Anggap Remeh Seorang yang Sedang Sedih

Anak gemuk karena kelebihan lemak, maka orangtua dapat mengurangi asupan dari makanan dan minuman yang tinggi karbohidrat simpleks (sederhana) dan juga dari asupan lemak yang berlebihan.

Menurut Inge, hal ini dapat dimulai dengan meningkatkan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks seperti buah dan sayur. 

Sedangkan makanan yang tinggi lemak seperti makanan berlemak atau makanan yang digoreng, perlu dihindari.

"Makanan dan minuman manis dapat meningkatkan jumlah kalori yang diasup oleh anak. Jangan lupa untuk mengurangi segala sesuatu yang ditambahkan dalam makanan atau minuman sehingga membuatnya menjadi manis," ujarnya.

 

Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Gading-Persada

Sumber : Antara


TERBARU