Profil A. T. Mahmud yang Ditampilkan di Google Doodle Hari Ini, Pencipta Lagu "Ambilkan Bulan Bu"
Tren | 3 Oktober 2024, 08:19 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ada yang istimewa dari Google Doodle hari ini, Kamis (3/10/2024). Ilustrasi sosok pencipta lagu anak A. T. Mahmud ditampilkan di halaman pembuka Google.
Google Doodle menampilkan A. T. Mahmud untuk mengenang sekaligus memperingati ulang tahunnya yang ke-94.
"Doodle ini merayakan ulang tahun ke-94 komposer dan pencipta lagu legendaris Indonesia Abdullah Totong Mahmud, atau A.T. Mahmud," bunyi keterangan di Google Doodle.
"Ia dikenang secara luas karena menulis beberapa lagu anak-anak terkenal, dan memenangkan banyak penghargaan atas kontribusi dan prestasi pendidikannya. Karya seni Doodle ini terinspirasi dari lagunya Ambilkan Bulan," lanjutnya.
Profil A. T. Mahmud
Meski Google Doodle merayakan ulang tahunnya hari ini, pemilik nama asli Abdullah Totong Mahmud ini lahir pada 3 Februari 1930.
Ia adalah seorang pencipta lagu asal Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Dia dikenal luas oleh masyarakat melalui lagu anak-anak ciptaannya.
Baca Juga: Kabar Duka, Dirut Krakatau Steel Purwono Widodo Meninggal Dunia
Selama hidupnya, AT Mahmud telah menciptakan tidak kurang dari 800 lagu anak-anak. Beberapa karyanya yang paling populer, seperti "Pelangi", "Ambilkan Bulan Bu", "Anak Gembala", "Bintang Kejora", "Cicak di Dinding", dan "Libur Tlah Tiba", "Kereta Apiku", "Amelia", "Mendaki Gunung", dan "Paman Datang".
Lagu-lagu ciptaan AT Mahmud, antara lain termuat pada buku Pustaka Nada yang terdiri dari tiga jilid, Amalku, dan Nyanyian Dua Suara.
Dilansir dari stekom.ac.id, Mahmud adalah anak kelima dari sepuluh bersaudara. Ibu bernama Masayu Aisyah, ayah bernama Masagus Mahmud.
Dia diberi nama Abdullah dan biasa dipanggil "Dola" oleh kedua orang tuanya. Nama pemberian orang tuanya tercatat pada ijazah yang dimilikinya pada sekolah Sjoeritsoe Mizoeho Gakoe-en (sekolah Jepang) tahun 1945. Pada ijazah itu nama lengkapnya tertulis: "Masagus Abdullah Mahmoed".
Mahmud masuk Sekolah Rakyat (SD) ketika tinggal di 9 Ilir. Setahun kemudian, setelah berumur 7 tahun, ia dipindahkan ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS) 24 Ilir.
Ketertarikannya pada dunia musik sudah terlihat saat masih kanak-kanak. Pada tahun 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah pada bala tentara Jepang. Saat itu ia duduk di kelas V HIS.
Dalam keadaan peralihan kekuasaan pemerintahan itu, ia pindah ke Muaraenim. Di sana, ia dimasukkan ke sekolah eks HIS, yang telah berganti nama menjadi Kanzen Syogakko. Di sinilah ia mulai bermain sandiwara dan mengenal musik.
Di kota ini pula ia berkenalan dengan Ishak Mahmuddin, seorang anggota orkes musik Ming yang terkenal di kota Muaraenim.
Ming adalah nama pemimpin orkes. Alat yang dikuasai Ishak adalah alat musik tiup saksofon, selain beberapa alat musik lain. Ishak kemudian mengajarinya bermain gitar.
Penulis : Dian Nita Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV, Berbagai Sumber