Apa yang Terjadi dengan Bumi Jika Tidak Ada Hari Kabisat pada 29 Februari?
Tren | 29 Februari 2024, 12:31 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Apa yang terjadi jika tidak menambahkan hari kabisat pada 29 Februari?
Maka, setiap tahun kalender akan dimulai sekitar 6 jam lebih awal sehubungan dengan revolusi Bumi mengelilingi Matahari.
Mengutip Time and Date, sebagai konsekuensinya, penghitungan waktu kita perlahan-lahan akan menjauh dari tahun tropis dan semakin tidak sinkron dengan musim.
Dengan penyimpangan sekitar 6 jam per tahun, musim akan bergeser sekitar 24 hari kalender dalam 100 tahun.
Baca Juga: Benny Soal Makan Siang Gratis Dibahas di Istana: Janji Prabowo-Gibran, Anehnya yang Bayar Jokowi
Hari Kabisat dapat melengkapi hal tersebut, dengan memberi Bumi waktu tambahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu lingkaran penuh mengelilingi Matahari.
Dalam sejarah Romawi kuno, Hari Kabisat jatuh pada bulan Februari.
“Kebanyakan orang Romawi tidak terlalu menyukai bulan Februari,” kata Ben Gold, seorang profesor astronomi dan fisika di Universitas Hamline di Saint Paul, kepada CBS Minnesota, Amerika Serikat (AS).
Kala itu, pada tanggal 8 sebelum masehi, kalender hanya terdiri dari 10 bulan, dan orang-orang Romawi menganggap musim dingin sebagai satu periode yang tidak dibagi menjadi beberapa bulan. Akhirnya, Romawi menetapkan bulan Januari dan Februari. Februari menjadi bulan terakhir dan memiliki hari paling sedikit.
Lalu, di zaman kekuasaan Julius Caesar juga menyesuaikan kalender agar sejajar dengan matahari dan menambahkan Hari Kabisat melalui dekrit di zamannya.
Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV, Time and Date