> >

Heboh Bullying di Binus School Serpong, Ini 5 Tips untuk Guru Menurut Pakar

Tren | 22 Februari 2024, 19:00 WIB
Ilustrasi perundungan atau bullying. Kasus dugaan perundungan atau bullying yang terjadi di Binus School Serpong, Tangerang Selatan, Banten, menjadi sorotan viral di media sosial. (Sumber: Kompas.com/Freepik)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus dugaan perundungan atau bullying yang terjadi di Binus School Serpong, Tangerang Selatan, Banten, menjadi sorotan viral di media sosial.

Awalnya, kasus ini diangkat ke media sosial salah satunya oleh pemilik akun X @BosPurwa pada Senin (19/2/2024). Dalam beberapa unggahan foto yang dibagikan, terdapat cerita mengenai dugaan kronologi kejadian, foto-foto terduga pelaku, hingga korban yang terkapar di rumah sakit.

Terkait hal itu Uswatun Hasanah Dosen Keperawatan Jiwa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya mengatakan kejadian perundungan muncul dalam berbagai bentuk mulai dari intimidasi, mengejek, juga dalam bentuk kekerasan fisik sampai menyebabkan hilangnya nyawa korban.

“Saat siswa berada di lingkungan sekolah, tentunya secara penuh mereka berada dalam pengawasan dan tanggung jawab guru, sehingga guru memiliki frekuensi yang tinggi dalam berinteraksi dengan siswa baik di kelas maupun diluar kelas,” ujar Uswatun mengutip Kompas.com.

Uswatun membagikan tips bagi seluruh guru untuk pencegahan maupun penanganan bullying di lingkungan sekolah.

Baca Juga: Bullying di Binus Serpong, Psikolog Sebut Pentingnya Konseling untuk Pelaku, Cegah Perilaku Berulang

Tips untuk guru cegah bullying di sekolah

1. Peka pada lingkungan

Pertama, menjadi guru yang jeli dan peka. Guru perlu menyadari bahwa apa yang terlihat di depan mata belum tentu merupakan sebuah fakta. Banyak hal atau kejadian tersirat yang membutuhkan kejelian dari para guru, khususnya dalam hal mengidentifikasi tanda perilaku bullying dari peserta didiknya baik yang ditunjukkan oleh pelaku maupun korban.

“Perlu disadari bahwa bullying dapat dilakukan dan terjadi kepada siapapun, bahkan oleh siswa yang dalam kesehariannya menunjukkan perilaku yang baik juga berprestasi, atau juga oleh siswa yang nampak dalam kesehariannya sebagai siswa yang pendiam. Guru juga harus menyadari meski bullying sering terjadi di area tertutup dimana pengawasan minim dilakukan seperti di toilet, belakang bangunan sekolah dan sebagainya,” tegasnya lagi.

2. Candaan bisa jadi tanda awal bullying

Kedua, menjadi lebih waspada terhadap tanda awal perilaku perundungan. Sebagai seorang guru, mengawasi banyak siswa dalam satu waktu merupakan tantangan yang cukup menguras energi, waktu, pikiran dan juga emosi.

Akan tetapi itu bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dilakukan. Perilaku-perilaku kecil yang biasanya dianggap sebagai candaan terkadang menjadi indikator terjadinya bullying jika tidak ditangani sejak dini.

3. Berusaha terus peduli

Ketiga, menjadi lebih peduli dan menanggapi dengan serius. Saat ada indikasi siswa melakukan intimidasi pada siswa lainnya, guru harus merespons hal tersebut sebagai sesuatu yang serius. Cobalah menegaskan pada pelaku bahwa hal yang dilakukan termasuk bentuk kekerasan psikis dan sampaikan konsekuensi yang akan diterima jika diulangi.

Baca Juga: Korban Bullying di Binus School Serpong Alami Trauma, Tak Mau Keluar Rumah

4. Ciptakan ruang kelas yang aman

Keempat, memulai dengan menciptakan ruang kelas yang aman. Ruang kelas yang aman bagi siswa tidak sebatas aman digunakan saat proses belajar mengajar. Akan tetapi juga mencakup adanya rasa saling menghormati, saling memiliki antar sesama siswa, terbentuknya kepedulian dan saling mendukung, rasa aman untuk berinteraksi.

Serta siswa bisa bebas mengekspresikan dan mengungkapkan pikiran serta perasaan, termasuk siswa mau bersuara saat menyaksikan perilaku bullying, menjadi korban dan berani menentang perilaku perundungan.

“Jika dibutuhkan guru juga bisa menyediakan dokumen anti-bullying yang ditandatangani oleh seluruh siswa untuk menunjang terciptanya lingkungan kelas yang aman, tentunya dalam dokumen penting untuk menyertakan konsekuensi yang membangun bagi siswa yang melanggar dan prosedur penyelesaian masalah,” katanya.

5. Libatkan orangtua

Terakhir, guru perlu aktif melibatkan orang tua dalam upaya penanganan bullying. Saat ada kejadian yang mengarah pada perilaku bullying, alangkah baiknya guru menginformasikan hal tersebut pada orangtua pelaku maupun orangtua korban.

Sampaikan kronologi lengkap dari kejadian, sehingga saat di rumah orangtua juga memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan anak-anaknya terkait cara bersikap, dan berperilaku positif.

 

Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV, Kompas.com


TERBARU