Makna Nama-Nama Hari dalam Kalender Jawa, Ternyata Ada Filosofinya
Tren | 7 Oktober 2023, 11:53 WIBSOLO, KOMPAS.TV - Nama-nama hari dalam kalender Jawa seperti Kliwon, Legi, Pahing, Pon dan Wage ternyata mempunyai makna masing-masing.
Kalender Jawa merupakan salah satu sistem penanggalan yang masih digunakan di Indonesia hingga saat ini.
Kalender Jawa juga disebut sebagai Kalender Sultan Agungan karena diciptakan pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613–1645), raja ketiga dari Kesultanan Mataram.
Sebelum seperti sekarang ini, orang Jawa di masa pra-Islam tidak hanya mengenal sepekan tujuh hari saja, melainkan dua hingga sepuluh hari.
Pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama dwiwara, triwara, caturwara, pañcawara (pancawara), sadwara, saptawara, astawara dan sangawara.
Di antara siklus-siklus tersebut, yang masih dipakai sampai saat ini adalah saptawara (siklus tujuh hari) dan pancawara (siklus lima hari). Meski begitu, ada pula siklus pekan lainnya yang masih dipakai di Pulau Bali dan Tengger.
Makna Nama-Nama Hari dalam Kalender Jawa
Saptawara
Saptawara atau padinan, dilansir Gramedia.com, merupakan siklus yang terdiri dari tujuh hari dan terhubung dengan siklus Bulan-Bumi.
Baca Juga: Kalender Jawa Oktober 2023 Lengkap dengan Weton dan Penanggalan Hijriah
Sama seperti di kalender Masehi, siklus tujuh hari ini mencakup Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu.
Namun dalam penanggalan Jawa, nama-nama hari tersebut berbeda. Hari-hari di siklus Saptawara ini diberi nama berdasarkan solah (gerakan) Bulan terhadap Bumi.
Nama-nama ini memiliki makna yang melambangkan bagaimana pergerakan Bumi di berbagai waktu.
Berikut nama-nama hari dalam Saptawara dan maknanya:
- Radite • Ngahad, melambangkan meneng (diam);
- Soma • Senen, melambangkan maju;
- Hanggara • Selasa, melambangkan mundur;
- Buda • Rebo, melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri);
- Respati • Kemis, melambangkan manengen (bergerak ke kanan);
- Sukra • Jemuwah, melambangkan munggah (bergerak ke atas);
- Tumpak • Setu, melambangkan tumurun (bergerak turun).
Pancawara
Selain Saptawara, siklus hari di kalender Jawa yang masih sering digunakan adalah Pancawara.
Pancawara yang juga disebut sebagai pasaran ini terdiri dari Kliwon, Legi, Pahing, Pon, dan Wage.
Baca Juga: Misteri Hilangnya 10 Hari dalam Kalender Oktober Tahun 1582, Simak Penjelasan Lengkapnya
Maka tidak heran banyak pasar di Indonesia yang menggunakan nama hari-hari di Pancawara sebagai nama seperti Pasar Kliwon, Pasar Legi, Pasar Pahing, Pasar Pon, dan Pasar Wage.
Jika Saptawara didasarkan dari gerak Bulan, nama-nama hari pasaran atau Pancawara berdasarkan posisi patrap (sikap) dari Bulan.
Berikut nama-nama hari di siklus Pancawara dan maknanya:
- Kliwon • Kasih, melambangkan jumeneng (berdiri);
- Legi • Manis, melambangkan mungkur (berbalik arah ke belakang);
- Pahing • Jenar, melambangkan madep (menghadap);
- Pon • Palguna, melambangkan sare (tidur);
- Wage • Cemengan, melambangkan lenggah (duduk).
Itulah makna nama-nama hari di siklus Saptawara dan Pancawara dalam penanggalan atau kalender Jawa yang masih digunakan.
Selain pancawara dan saptawara, ada pula siklus enam hari yang disebut sadwara atau paringkelan.
Meski terkadang masih digunakan dalam pencatatan waktu, paringkelan tidak digunakan dalam menghitung jatuhnya waktu upacara-upacara adat di keraton.
Siklus paringkelan sendiri terdiri dari nama-nama hari yaitu Tungle, Aryang, Warungkung, Paningron, Uwas, dan Mawulu.
Baca Juga: Mengenal Sejarah dan Sistem Penanggalan Kalender Jawa
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV