Apa Itu Mothering dan Fathering dalam Hubungan Asmara dan Bagaimana Dampaknya? Simak Penjelasannya
Tren | 10 Agustus 2023, 15:46 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Istilah mothering dan fathering dalam konteks hubungan asmara saat ini tengah ramai dibicarakan. Banyak pemengaruh atau influencer yang mengedukasi agar netizen tak lagi melakukan mothering atau fathering.
Mothering dan fathering dinilai dapat membuat hubungan kurang harmonis. Benarkah demikian?
Baca Juga: Duh, 7 Makanan yang Kerap Ditemui Sehari-hari Ini Ternyata Tidak Sehat, Kenapa?
Apa itu Mothering dan Fathering?
Dalam konteks hubungan asmara, istilah mothering atau fathering mengacu pada pola dinamika yang merusak, di mana salah satu pasangan berperan sebagai figur yang lebih kuat dan berpengetahuan, sementara pasangan lainnya dianggap sebagai yang kurang kompeten.
Kedua istilah itu berasal dari kata 'mother' yang berarti ibu, dan 'father' yang bermakna ayah.
Pola mothering dan fathering berdampak pada asumsi tersirat bahwa pasangan yang memainkan peran "ibu" atau "ayah" lebih tahu dan mampu membuat keputusan yang lebih baik.
Umumnya, mereka mengendalikan pasangan mereka dengan dalih memberi nasihat dan bantuan.
Sifat mothering juga biasanya ditunjukkan dengan niat baik untuk membantu mengurus kesehatan atau kehidupan pasangan.
Pasangan yang berperan sebagai "ibu" atau "ayah" sering tidak menyadari bahwa mereka terjebak dalam peran tersebut.
Mereka merasa berwenang dan lebih berpengetahuan dalam hubungan, sedangkan pasangan yang diperankan sebagai anak juga terjebak dalam pola ini dengan merasa kurang matang atau kurang mampu secara tidak sadar.
Baca Juga: Lima Model Rambut Pria Terbaik dan Tak Pernah Ketinggalan Zaman, Ada Buzz Cut dan Undercut
Dampak Mothering dan Fathering
Dilansir laman Good Men Project, mothering atau fathering memiliki dampak buruk karena membuat pasangan terlihat seperti anak-anak.
Ini juga menguatkan pesan bahwa kita tidak percaya pada kemampuan pasangan kita untuk membuat keputusan yang baik.
Meskipun pada awalnya pasangan kita mungkin mengizinkan atau bahkan menginginkan perlakuan mothering atau fathering ini. Namun, dalam jangka panjang, mereka akan merasa terkekang dan kurang dihargai.
Pasangan akan merasa kepercayaan untuk mengelola hidup mereka terusik. Ini membuat mereka merasa seperti tidak memiliki ruang untuk tumbuh dan mengambil tanggung jawab atas pilihan mereka sendiri.
Baca Juga: 6 Kebiasaan yang Bikin Cepat Tua, Termasuk Merokok dan Konsumsi Alkohol!
Akibatnya, hubungan yang terjebak dalam dinamika kekuasaan semacam ini cenderung tidak memiliki kedalaman kasih sayang seperti hubungan yang dibangun atas dasar saling menghormati dan setara.
Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa hubungan yang sehat memerlukan keadilan dalam pembagian kekuasaan dan tanggung jawab.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Good Men Project