> >

Seberapa Berbahaya Varian Baru Covid-19 Eris yang Merebak di Inggris, Ini Penjelasan Epidemiolog

Kesehatan | 7 Agustus 2023, 13:16 WIB
Epidemiolog Dicky Budiman menjelaskan varian baru Covid-19 EG 5.1 atau Eris. (Sumber: Istimewa)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Varian baru Covid-19 bernama Eris kini tengah merebak di wilayah Inggris.

Kepala Badan Keamanan Kesehatan Inggris Dr Mary Ramsay mengatakan, terdapat peningkatan infeksi Covid-19 varian Eris.

Satu dari tujuh kasus Covid-19 di Inggris telah terkonfirmasi positif varian Eris. Varian ini juga dikabarkan menginfeksi masyarakat di semua kelompok umur.

“Kami terus melihat peningkatan kasus Covid19 dalam laporan minggu ini,” kata Ramsay, sebagaimana dikutip dari Republic World.

Baca Juga: Tahun Depan Vaksin Covid Tak Lagi Gratis, Ini Kisaran Harga dan Lokasi Mendapatkannya

Lantas, seberapa berbahayakah varian Eris ini?

Terkait hal itu, epidemiolog Dicky Budiman menjelaskan, varian Eris ini merupakan turunan dari varian Covid-19 Omicron. Nama resmi varian ini adalah EG 5.1.

Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan varian Eris ke dalam status under monitoring atau dalam pemantauan.

“Kabar kurang bagusnya memang saat ini sudah dalam status varian under monitoring oleh WHO,” kata Dicky, Minggu (6/8/2023).

Dicky menjelaskan, berdasarkan hasil diskusi dengan para ahli, varian Eris ini pertama kali terdeteksi di Indonesia pada 9 Maret 2023. Saat ini, Eris sudah meluas ke 36 negara.

Dicky menjelaskan, Eris mirip dengan Omicron subvarian XBB yang dapat merebak dengan cepat.

Dia memprediksi bahwa Eris bisa mendominasi di beberapa negara.

“Saat ini kecenderungannya, EG 5.1 ini bisa mendominasi mengalahkan XBB yang sebelumnya sejak beberapa bulan mendominasi dunia,” katanya.

Baca Juga: Vaksin Covid Mulai Berbayar 1 Januari 2024, tapi Kelompok Berikut Ini Dapat Pengecualian

Meski menyebar dengan cepat, tingkat keparahan dan kematian akibat Eris ternyata tidak terlalu mengkhawatirkan.

Namun, dia mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan langkah mitigasi, termasuk menggunakan masker.

“Kabar baiknya, sejauh ini meski meningkat, secara umum keparahan dan kematian tidak terlihat ada perbedaan dengan kondisi sebelumnya,” jelas Dicky.

“Kita harus melakukan upaya mitigasi, memakai masker. Apalagi terdeteksi pertama di Indonesia. Ini menjadi kewaspadaan bersama untuk melakukan upaya pencegahan,” pungkasnya.

Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV, Republic World


TERBARU