Sejarah dan Awal Mula Tradisi Mudik yang Dilakukan Setiap Menjelang Lebaran
Tren | 10 April 2023, 08:04 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Persiapan mudik kini sudah menjadi topik terhangat, terlebih memasuki pekan-pekan terakhir Ramadan yang menandakan sebentar lagi akan Lebaran 2023.
Baik masyarakat maupun pemerintah, sama-sama mempersiapkan mudik, dari segi manajemen hingga keamanan agar tradisi pulang ke kampung halaman tahun ini bisa berjalan dengan lancar.
Dari data proyeksi pemudik yang dirilis Kementerian Perhubungan via Kompas.id, ada lonjakan yang siginifikan terkait jumlah pemudik tahun ini.
Bahkan, jumlah pemudik berpotensi berlipat kenaikannya mencapai 45,8 persen jumlah penduduk Indonesia atau 123,8 juta orang.
Dengan kata lain, hampir separuh penduduk negeri ini akan melakukan perjalanan mudik Lebaran 2023 dengan Pulau Jawa tetap menjadi pusat pergerakan masyarakat, baik daerah asal maupun daerah tujuan perjalanan.
Baca Juga: Bertambah 268 Km, Ini Daftar Ruas Tol Baru di Tol Trans Sumatera untuk Mudik Lebaran 2023
Provinsi tertinggi yang menjadi daerah asal perjalanan adalah Jawa Timur, yakni 17,1 persen. Sementara itu, Jawa Tengah menjadi tujuan mudik tertinggi dengan 26,5 persen.
Sejarah Mudik
Melansir ugm.ac.id, Senin (10/4/2023), mudik berasal dari bahasa Melayu "udik" yang artinya hulu atau ujung.
Awal mula mudik berasal dari tradisi masyarakat Melayu yang tinggal di hulu sungai pada masa lampau sering bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk.
Setelah urusan mereka selesai di hilir, maka akan kembali berbondong-bondong pulang ke hulu pada sore harinya.
Kini, mudik menjadi istilah yang umum dipakai untuk menggambarkan kegiatan seseorang pulang ke desa atau kampung halaman.
Penulis : Dian Nita Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas.id, ugm.ac.id