Dinasti Keluarga Maldini
Opini | 25 Agustus 2024, 05:30 WIBOleh: Martian Damanik, Jurnalis KompasTV
KOMPAS.TV- Sepak bola tidak mengenal dinasti, paling tidak ini berlaku bagi keluarga Maldini di Italia. Pecinta sepak bola Italia dan dunia era 1980-an akhir hingga awal tahun 2000-an, pastilah mengenal nama Paolo Maldini.
Kapten klub AC Milan dan tim nasional Italia, yang salah satu bek terbaik di dunia yang pernah ada. Hampir semua pelatih atau pemain game manajer sepak bola, pasti menginginkan Paolo Maldini di skuadnya.
“Paolo adalah yang terbaik dari semua lawan yang pernah saya hadapi,” kata mantan striker Brazil Ronaldo Luiz da Lima.
“Saya pernah menyaksikannya saat Milan melawan Bayern Munich di perempat final liga Champions. Paolo bermain 90 menit tanpa sekali pun melakukan tekel. Itu adalah sebuah seni dan dia adalah masternya. Sungguh Paolo pemain hebat,” tutur Sir Alex Ferguson,” manajer legendaris Manchester United.
Jauh sebelum Paolo bermain, sang ayah Cesare Maldini juga adalah legenda AC Milan. Pernah menjadi kapten dan membawa tim ini juara Liga Champions tahun 1963. Cesare pernah menjadi manajer Milan tahun 1972-1974. Puncaknya ketika tahun 1998, menjadi manager tim nasional Italia di Piala Dunia Perancis.
Baca Juga: Merdeka tapi Tak Merdeka, Merdeka!
Tahun 1998 itu menjadikan keluarga Maldini jadi simbol sepak bola Italia, Cesare pelatih merangkap manager, sedangkan Paolo Maldini menjadi kapten. Tidak ada yang menggugat, tidak ada yang protes. Paolo jadi kapten bukan karena ayahnya punya kekuasaan di tim, tapi karena Paolo punya kapasitas, punya skill, disegani, wibawa, serta leadership.
Sebagai pemain, Paolo sudah merasakan semua gelar juara di berbagai ajang kompetisi bersama AC Milan. Juara Serie A, Liga Champions, hingga juara antarklub dunia. Dia hanya tak mampu membawa gelar juara untuk tim Azzurri. Runner up Piala Dunia 1994 dan Piala Eropa 2000 gelar tertingginya buat Italia.
Tapi itu tidak mengubah pandangan orang bahwa Paolo Maldini adalah pemain hebat, yang seharusnya juga layak meraih Ballon D’Or (penghargaan pemain terbaik dunia dari FIFA).
“Dia adalah simbol sepak bola Italia dan dunia. Dia tidak pernah meraih gelar Ballon D’Or, tapi saya akan memberikannya 100 gelar Ballon D’Or,” ujar pemain Perancis Philppe Mexes.
Menjelang musim 2024/2025, kisah keluarga Maldini di AC Milan berakhir. Anak kedua Paolo, Daniel akhirnya pindah secara permanen. Anak pertama Paolo, Christian sudah duluan meninggalkan AC Milan. Sejak tahun 2016 setelah lulus akademi AC Milan, Christian tidak sekali pun bermain di tim senior. Dia bahkan memilih pensiun dari sepak bola karena karirnya tak berkembang.
Saat Paolo menjabat Direktur Teknik AC Milan, Daniel sempat masuk tim utama. Namun, dalam klub AC Milan siapa yang ditunjuk menjadi pemain utama bukan berdasarkan “kau anak siapa” atau “bapakmu apa jabatannya”.
Baca Juga: Influencer dan Demokrasi Langsung: Sebuah Kritik
Sepak bola rupanya tidak mengenal relasi kuasa untuk Daniel Maldini, walau dia cucu Cesare Maldini dan anak Paolo Maldini legenda AC Milan. Jabatan direktur teknik memberi kuasa kepada Paolo menentukan pemain yang memperkuat Rossoneri, tapi itu tidak untuk Daniel.
Daniel bukan sang penerus trah "Maldini" atau putra mahkota di AC Milan. Alasannya jelas, saat itu dia kalah bersaing dengan Brahim Diaz dan pemain baru Charles De Ketelaere.
Daniel pun dipinjamkan ke AC Spezia, bukan klub big four atau big ten. Paolo sadar betul, betapapun sayangnya dia sebagai seorang ayah kepada Daniel, prestasi AC Milan tetap jadi prioritas.
Kondisinya bukan seperti Piala Dunia 1998, ketika Cesare jadi pelatih timnas Italia, Paolo adalah kapten Azzuri. Semua pasti sepakat Paolo sangat pantas jadi pemimpin dan pemain utama. Bila Paolo menjadikan Daniel pemain utama, sementara kemampuannya biasa biasa saja, fans fanatik atau Ultras AC Milan tentu akan menggelar unjuk rasa berjilid-jilid.
Paolo Maldini akhirnya dipecat dari jabatan Direktur Teknik AC Milan bulan Juni 2023 Silam. Pemecatan dilakukan oleh pemilik baru, Gerry Cardinale. Banyak yang protes, mengapa sang ikon yang sudah berjasa mengantarkan Milan kembali juara Serie A musim 2021/2022 setelah puasa gelar sejak 2011, harus dipecat.
Saat jadi Director of Football dia punya visi bagus membangun skuad AC Milan. Maldini tetap dipecat. Maldini bukan “bohir”. “Bowheer” konon berasal dari Bahasa Belanda, kurang lebih artinya pemilik proyek atau pemberi tugas. Maldini ingin dana lebih buat datangkan pemain baru agar Milan bisa bersaing di Liga Champions atau Serie A, sang Bohir bernama Gerry Cardinale tidak setuju, Maldini out.
Baca Juga: Keanekaragaman dalam Kepemimpinan Gubernur Jakarta
Paolo pergi, Daniel pun meninggalkan AC Milan menuju AC Monza. Nasib Daniel memang berbeda dengan ayah dan kakeknya. Danel, Paolo dan Cesare hanya punya persamaan pernah cetak gol di Stadion San Siro. Saat laga Trofeo Berlusconi, Daniel mencetak gol untuk Monza, saat memperkuat AC Spezia pun dia juga membobol gawang AC Milan. Mungkin itulah salam perpisahan dari keluarga Maldini buat AC Milan.
Relasi kuasa atau politik dinasti memang tidak berlaku untuk keluarga Maldini.
Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV