Mengenang Laku "Ngeceng" di Little Tokyo Blok M
Opini kompasianer | 30 Juli 2023, 16:55 WIBKonten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.tv
"Look at me! Say chese..!!"
Seorang perempuan muda berteriak ke arah dua rekannya yang berjalan di depannya. Tanpa basa-basi lagi, dua orang rekannya itu pun berbalik badan dan berpose dengan gaya andalan: mengacungkan dua jari sambil senyum semanis mungkin.
Mereka bertiga rupanya wisatawan asing yang tengah berjalan-jalan di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Bahkan, berpose di tengah trotoar pun tak menjadi masalah, karena inilah Blok M yang legendaris, tempat ngeceng anak muda sejak tahun 80'an.
Istilah "ngeceng" sempat hits di kalangan anak muda generasi 80'an dan 90'an yang di KBBI berarti jual tampang. "Ngeceng" bisa dimaknai sebagai juga sebagai nampang, nongkrong, atau mejeng.
Pada masanya, Blok M menjadi pusat gaya hidup anak muda metropolitan Jakarta. Kawasan ini lengkap sebagai pusat bisnis, kuliner, hingga pusat transportasi dengan keberadaan terminal Blok M.
Sebagai tempat ngeceng atau mejeng, Blok M juga dikenal sebagai pusat berkumpulnya komunitas otomotif yang saat itu masih identik dengan kalangan atas.
Gambaran betapa kerennya Blok M bagi anak-anak muda saat itu bisa disaksikan melalui fim layar lebar "Catatan Si Boy" hingga film berjudul "Blok M (Bakal Lokasi Mejeng) yang dibintangi Paramitha Rusady dan Desy Ratnasari.
Seiring berkibarnya Blok M sebagai pusatnya anak muda gaul Jakarta, muncul pula lagu yang saat itu sangat populer berjudul "JJS" atau "Jalan-jalan Sore" yang diciptakan dan dinyanyikan sendiri oleh Denny Malik.
Blok M Masa Kini
Zaman berganti, tren berubah, Blok M pun telah banyak mengalami pasang surut. Dulu menyebut Blok M, tak ketinggalan pula Lintas Melawai disebut. Lintas Melawai meliputi jalur dari perempatan Jalan Melawai Raya hingga Jalan Panglima Polim Raya, sampai putaran Jalan Barito.
Jika Lintas Melawai pernah diramaikan anak-anak muda ngeceng dengan outfit yang saat itu sedang trendy, kini jalur tersebut tak ubahnya seperti jalan raya di Jakarta pada umumnya. Ramai hanya oleh lalu lalang kendaraan bermotor.
Penulis : Widi Kurniawan
Sumber : Kompasiana