Mengubah Twitter Jadi X, Apakah Strategi Elon Musk Sudah Tepat?
Opini kompasianer | 25 Juli 2023, 15:11 WIBKonten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.tv
JAKARTA, KOMPAS.TV - Elon Musk, pemilik Twitter, dan CEO Twitter, Linda Yaccarino, secara resmi telah mengumumkan bahwa Twitter mengganti mereknya menjadi X.
Menurut Linda, X adalah representasi masa depan dari interaktivitas tanpa batas dengan fokus pada konten audio, video, messaging, pembayaran/perbankan, menciptakan marketplace global untuk ide, barang, layanan, dan peluang. Didukung oleh kecerdasan buatan (AI), X akan menghubungkan dunia dengan cara yang baru dan tak terbayangkan sebelumnya.
Apakah rebranding ini akan berhasil?
Rebranding adalah strategi bisnis untuk memperbarui citra suatu merek sesuai dengan tujuan pengembangan bisnis yang diinginkan. Rebranding dapat berarti mengubah sebagian atau keseluruhan identitas, nilai, atau produk merek.
Alasan di balik rebranding bisa bermacam-macam. Untuk mengubah persepsi, memperluas target pasar, beradaptasi dengan tren, mencerminkan visi baru, atau bergabung dengan perusahaan lain.
Sebelumnya, Elon Musk bahkan sudah mengajak para pengikutnya untuk memberikan usulan logo baru untuk X dan bertanya tentang kata yang dapat menggantikan "tweeting" jika Twitter tidak ada lagi. Logo baru tersebut adalah usulan salah satu pengguna Twitter.
Rebranding dengan mengubah nama merek secara total adalah salah satu jenis rebranding yang paling radikal dan berisiko. Ini berarti merek yang sudah dikenal akan berubah menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda. Langkah yang diambil oleh Twitter tergolong sangat berani dan berisiko tinggi.
Tujuan dari jenis rebranding ini biasanya adalah untuk menghilangkan citra negatif, menargetkan pasar baru, atau menggabungkan merek dengan perusahaan lain.
Rebranding semacam ini memerlukan strategi yang matang dan komunikasi yang efektif agar tidak menimbulkan kebingungan atau kehilangan loyalitas konsumen.
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang kasus ini, mari kita lihat beberapa contoh sejarah rebranding total seperti ini.
1. Google
Mesin pencari terbesar di dunia ini awalnya bernama BackRub, merujuk pada cara kerja algoritma yang menganalisis backlink. Namun, pada tahun 1997, pendiri Larry Page dan Sergey Brin mengubah namanya menjadi Google, yang berasal dari istilah matematika "googol," yaitu angka 1 diikuti oleh 100 nol. Nama ini mencerminkan misi perusahaan untuk menyediakan informasi tak terbatas di internet.
2. Nike
Brand olahraga terkenal ini awalnya bernama Blue Ribbon Sports, didirikan pada tahun 1964 oleh Phil Knight dan Bill Bowerman. Tahun 1971, perusahaan ini mengubah namanya menjadi Nike, yang merupakan nama dewi kemenangan dalam mitologi Yunani.
Nama ini dipilih untuk mencerminkan semangat kompetisi dan prestasi dalam olahraga. Logo ikonik Nike, yaitu Swoosh, juga diciptakan pada tahun yang sama oleh seorang mahasiswi desain grafis bernama Carolyn Davidson.
3. Starbucks
Brand kopi terbesar di dunia ini awalnya bernama Starbucks Coffee, Tea, and Spices, didirikan pada tahun 1971 oleh Jerry Baldwin, Zev Siegl, dan Gordon Bowker.
Nama ini terinspirasi dari karakter dalam novel Moby-Dick, yaitu Starbuck. Di tahun 1987, perusahaan ini dibeli oleh Howard Schultz, yang kemudian mengubah namanya menjadi Starbucks Corporation.
Nama ini lebih singkat dan mudah diingat, serta mencerminkan fokus perusahaan pada kopi. Logo Starbucks yang berupa putri duyung juga mengalami beberapa perubahan seiring waktu.
Namun, tidak selamanya rebranding total seperti ini berhasil, berikut contoh rebranding yang gagal.
1. RadioShack
Pada tahun 2009, RadioShack, perusahaan retail elektronik yang sudah beroperasi selama beberapa dekade, memutuskan untuk mengganti namanya menjadi "The Shack" dalam upaya untuk mengubah citra mereka dan menarik generasi muda.
Namun, rebranding ini tidak berhasil menyelaraskan merek dengan konsumen yang sudah terbiasa dengan nama "RadioShack". Selain itu, perubahan nama tersebut tidak diikuti dengan perubahan substansial dalam produk atau layanan mereka.
Sebagai hasilnya, rebranding ini dianggap gagal untuk mengatasi masalah utama perusahaan, sehingga nama RadioShack tetap dipertahankan.
2. BlackBerry
BlackBerry, perusahaan telekomunikasi yang dulu sangat populer dengan perangkat seluler yang berfokus pada keyboard fisik, mengalami masa sulit ketika pasar smartphone diambil alih oleh iPhone dan Android.
Pada tahun 2013, BlackBerry mencoba untuk merevitalisasi citra mereka dengan meluncurkan sistem operasi baru yang disebut BlackBerry 10, dan sekaligus mengganti nama perusahaan menjadi "BlackBerry" dari sebelumnya "Research In Motion" (RIM).
Penulis : Adriyanto M
Sumber : Kompasiana