Maroko Mewakili Mimpi Afrika dan Arab
Opini | 14 Desember 2022, 07:10 WIBDari sinilah kemenangan kesebelasan Maroko atas Spanyol dan Portugal, memiliki nilai selain historis, tapi juga politis yang sangat penting. Kemenangan itu memberikan semangat baru bagi, tidak hanya Maroko, tetapi juga Afrika dan Timur Tengah.
Dalam dunia sepak bola, tim-tim Afrika juga Timur Tengah, selama ini selalu dipandang sebelah mata, dianggap tim mediocre bila dibandingkan dengan tim-tim Eropa dan Amerika Latin.
Maka kemenangan itu telah menimbulkan rasa bangga yang kuat menyebar ke seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara.
Karena itu, tidak benar ujar-ujaran yang berbunyi, "tidak ada tim kecil yang tersisa" di semifinal.
Maroko adalah tim kecil dibandingkan Spanyol, Portugal, Brasil, Jerman, Belgia, dan juga Belanda yang harus pulang lebih dahulu.
Tetapi, "yang kecil itu" sekarang menjadi yang terbesar di seluruh Afrika dan Timur Tengah. Bahkan, merupakan salah satu dari empat besar tim yang bertarung di semifinal.
Menyatukan Front
Dalam peta politik dunia, Maroko negara kerajaan yang berpenduduk 36,9 juta jiwa itu adalah salah satu sahabat (sekutu) terlama AS di Afrika Utara dan Timur Tengah; serta sekutu utama non-NATO. Sejak 1957, Maroko menjalin hubungan baik dan kerja sama dengan AS.
Sementara dalam percaturan kekuatan di Timur Tengah, Maroko berkawan baik dengan Arab Saudi. Bahkan, di tengah fluiditas yang sulit diselesaikan di kawasan itu Afrika Utara dan Timur Tengah, Maroko menjadi kartu truf Arab Saudi di Afrika Utara. Itu berarti, Maroko penting bagi Arab Saudi.
Selain lebih stabil dibandingkan Tunisia, Aljazair apalagi Libya, Maroko juga tidak memiliki hubungan baik dengan Iran. Tidak baiknya hubungan Maroko dengan Iran, juga penting bagi AS.
Menurut Al Jazeera, pada 2018, Maroko memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Dadakannya adalah adanya kolusi Hezbollah dukungan Iran dengan Front Polisario, kelompok bersenjata yang berusaha menguasai wilayah Sahara Barat yang sekarang di bawah kekuasaan Maroko. Hezbollah mengirimkan rudal SAM9, SAM11, dan Strela pada Front Polisario.
Maroko juga tidak memiliki hubungan baik dengan tetangganya, Aljazair (Carnegie Endowment for International Peace, 3/5/2022). Pada Agustus 2021, Aljazair secara sepihak memutuskan hubungan diplomatik dengan Maroko.
Sebenarnya, permusuhan dan persaingan antara kedua negara tetangga telah berlangsung lama. Namun, ketegangan semakin meningkat pada Desember 2020 ketika Maroko--salah satu penandatangan Abraham Accords --menormalisasi hubungannya dengan Israel sebagai imbalan atas pengakuan AS atas kedaulatan kerajaan atas wilayah Sahara Barat, dan sejak saat itu, Aljazair tampak semakin terisolasi secara diplomatis.
Maret ini, rezim Aljazair mengalami kekalahan baru ketika Spanyol menyatakan dukungannya terhadap rencana otonomi Maroko untuk Sahara Barat.
Namun, persoalan-persoalan atau perbedaan politik tersebut tenggelam oleh kemenangan Maroko atas Spanyol dan Portugal.
Maroko telah mengibarkan dua bendera: bendera Afrika dan Timur Tengah. Maka, kemenangan Maroko, untuk sebagian besar wilayah Afrika dan Timur Tengah, dirasakan sebagai kemenangan bagi seluruh rakyat Arab, termasuk Aljazair.
Ini menegaskan bahwa olahraga, sepak bola adalah bahasa universal. Sepak bola telah melampaui batas-batas politik, sentimen politik, kepentingan politik.
"Politik adalah urusan para politikus, tetapi rakyat hanya memiliki satu hati. Rakyat dan pemerintah 'beda entitas'," tulis Middle East Eye.
"Maroko mewakili mimpi Arab yang indah yang membuat kita semua bahagia," kata seorang pemuda di Doha kepada AFP. Apalagi kalau kemenangan itu masih berlanjut.
Maka, benar kata Presiden FIFA Gianni Infantino, "Sepak bola memiliki kekuatan untuk menyatukan orang, melampaui semua batas, melintasi semua batas."
Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV