Perempuan, Senjata Siluman - Terorisme (2)
Opini | 28 Oktober 2022, 20:49 WIBBaca Juga: Suami Penerobos Istana Negara Dibaiat NII, Densus 88: Coba Lebarkan Sayap ke Luar Pulau Jawa
Kelompok ini memrotes undang-undang aborsi Jerman; mengebom toko-toko seks, perusahaan multinasional; dan menentang rekayasa genetika pornografi, dan objektifikasi perempuan.
Di Spanyol malah, sejak ETA didirikan tahun 1959, perempuan sudah terlibat. ETA, Euskadi Ta Askatasuna (Negara Basque dan Kebebasan) adalah organisasi teroris separatis dan nasionalis Basque bersenjata. "Negara" Basque terletak di Spanyol utara dan Perancis barat daya.
Sebanyak 17 persen anggota ETA adalah perempuan. Bahkan, koran The Telegraph (21 Oktober 2009) memberitakan ETA dipimpin seorang perempuan, Iratxe Sorzabal Diaz.
Tahun 1980-an, Hezbollah (di Lebanon) dan Macan Tamil (di Sri Lanka) mulai merekrut, mempersenjatai, dan menjadikan para perempuan sebagai pengebom bunuh diri.
Pada Januari 2002, Wafa Idris menjadi perempuan pertama Palestina yang menjadi pengebom bunuh diri. Perempuan berusia 27 tahun itu, mengikatkan bahan peledak seberat 10 kilogram. Lalu, meledakkan diri di tengah kepadatan jalan di Jerusalem. Dua orang Israel, tewas.
Aksi bunuh diri Wafa Idris itu diikuti sembilan perempuan pengebom bunuh di Palestina. Mereka semua tewas. Sementara lusinan lainnya gagal menjadi pengebom bunuh diri. Tindakan nekat Wafa Idris itu mengejutkan banyak pihak.
Ini adalah fenomena sosial yang membuat Israel dan Barat, tak bisa paham. Mereka mengartikan aksi bom bunuh diri perempuan itu sebagai pertanda akan meningkatnya konflik.
Setelah aksi perempuan Palestina, Wafa Idris, Hamas tak mau kalah. Pada 2004, menurut The Guardian 26 Januari 2004, Hamas menugaskan seorang ibu muda menjadi pengebom bunuh diri.
Reem el Riyashi (22), nama ibu muda itu, meledakkan diri di perbatasan Gaza. Aksinya menewaskan dirinya, empat orang Israel. Ia meninggalkan dua anak yang baru berusia tiga tahun dan 18 bulan.
Setelah Reem el Riyashi meledakkan diri, pemimpin spiritual Hamas saat itu, Sheikh Ahmad Yassin, mengatakan Riyashi telah membuka pintu bagi lebih banyak perempuan untuk menjadi pengebom bunuh diri melawan Israel. Ia bahkan mendesak agar makin banyak perempuan menjadi relawan.
Barangkali, di Palestina yang paling kondang adalah Leila Khaled. Dokter lulusan Universitas Amerika di Beirut ini menjadi perempuan pertama Palestina yang membajak pesawat.
Anggota Barisan Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) ini, pada 29 Agustus 1969 membajak pesawat Boeing 737 milik Trans World Airlines yang tengah terbang dari Roma menuju Athena.
Lalu, 6 September 1970, ia membajak pesawat milik Israel, El Al Nahas yang terbang dari Amsterdam ke New York. Kisahnya difilmkan oleh sutradara asal Swedia, Lina Makboul, dengan judul Leila Khaled the Hijacker (2005).
Keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme juga terjadi di Peru (bergabung dengan Sendero Luminoso atau Shining Path yakni kelompok gerilyawan komunis yang mengikuti ideologi Marxisme- Leninisme-Maoisme didirikan tahun 1970), di Irlandia Utara, di Turki (tergabung dengan Partai Pekerja Kurdistan), di Filipina (dalam kelompok Abu Sayyaf), dan di Columbia (Pasukan Bersenjata Revolusioner Columbia/FARC).
Baca Juga: Densus 88 Tegaskan Suami Siti Elina Tak Terkait Kasus Penerobosan Istana: Istrinya Bergerak Sendiri
Di Chechnya muncul kelompok yang disebut Black Widows. KataTony Halpin, dalam tulisannya di Times, sebutan Black Widows diambil dari pakaian yang mereka gunakan, gaun panjang warna hitam yang menutup seluruh tubuh.
Biasanya di balik pakaian hitam itu diikatkan bahan peledak dan pecahan peluru meriam. Sasaran aksi mereka adalah orang-orang Rusia.
Namun, tidak semua yang disebut "Janda-janda Hitam" adalah mereka yang kehilangan suami, ada pula yang kehilangan saudara lelaki atau keluarga dekat.
Salah satu aksi mereka adalah menyerang teater Moscow Dubrovka (2002) dan penyanderaan 700 orang yang tengah menonton pertunjukan di teater itu. Sebanyak 19 dari 41 penyandera adalah "Janda-janda Hitam" ini.
Senjata siluman
Sejarah kelompok-kelompok ini adalah bukti bahwa perempuan telah menjadi peserta aktif dalam banyak gelombang terorisme di seluruh dunia.
Mereka ada yang bertindak sendiri, lone wolf, ada pula yang menjadi bagian dari organisasi atau kelompok teroris.
Sejak itu, perempuan menjadi senjata siluman yang ideal bagi kelompok teroris.
Mereka cenderung tidak dicurigai atau digeledah oleh petugas keamanan.
Di Irak dan di Afganistan, misalnya, mereka digunakan untuk menyerang jantung pasukan koalisi pimpinan AS. Taktik menjadi senjata siluman sangat efektif. Dan, mampu menarik perhatian media, perhatian dunia.
Yang dilakukan Kanapathipillai Manjula Devi di Colombo, Sri Lanka, 25 April 2006, salah satu contohnya.
Baca Juga: Periksa Siti Elina, Densus 88: Penerobos Istana Terpapar Radikalisme, Terhubung dengan HTI dan NII
Ia berhasil berkali-kali mengunjungi klinik bersalin di rumah sakit militer dengan mengaku sebagai istri tentara. Akhirnya meledakkan diri klinik itu.
Pada akhirnya, dengan menjadi pengebom bunuh diri, bagi mereka tidak berlaku lagi teori bahwa perempuan memilih mekanisme damai untuk resolusi konflik, beda dengan laki-laki yang cenderung memilih jalan kekerasan.
Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV, Kompas.com