Ganjar Pranowo yang Populer Melawan Puan Maharani yang Berkuasa
Catatan jurnalis | 27 Mei 2021, 13:02 WIBPenulis: Martian Damanik / Executive Producer KompasTV
Pekan ini, kehebohan dunia perpolitikan datang dari “kandang Banteng” PDI Perjuangan. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tidak diundang dalam acara Temu Kader PDI Perjuangan di Semarang yang dihadiri Ketua DPP Puan Maharani. Dalam rundown acara secara jelas disebutkan siapa siapa saja yang diundang, mulai dari anggota DPR RI asal Jateng, pengurus DPD, anggota DPRD, kepala daerah dan wakil kader PDI Perjuangan se-Jawa Tengah (kecuali gubernur).
Acara pada Sabtu, 22 Mei 2021 itu memang “panggungnya” Puan. Mulai dari memberikan pengarahan, memilih pemenang lomba foto, serta inspeksi rangkaian penutupan acara HUT PDI Perjuangan. Awalnya tidak ada penjelasan mengapa Ganjar tidak diundang dalam acara, barulah malam harinya Ketua Badan Pemenangan Pemilu merangkap Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng Bambang Wuryanto memberikan pernyataan. Direktur Eksekutif Indobarometer M Qadari dalam program Kompas Petang menyebut, Bambang adalah orang yang sangat dekat dengan Puan Maharani.
“Memang Mas Bambang ini sangat dekat sekali dengan Mbak Puan. Mas Bambang itu punya jabatan yang pertama Ketua DPD Jawa Tengah, yang kedua Ketua Bapilu Pusat, yang ketiga itu Sekretaris Fraksi di DPR. Jadi memang ketika Mas Bambang ngomong, itu orang selalu mengaitkan 70 persen 80 persen itu sikap Mbak Puan juga,” kata Qodari dalam program Kompas Petang yang digelar secara live pada Senin (24/5/2021).
Baca Juga: Ganjar Berserah ke Megawati, Terkait Polemiknya dengan Bambang dan Puan Maharani
Bambang membenarkan Ganjar memang sengaja tidak diundang karena dianggap sudah kelewatan. Secara tidak langsung, Bambang menuduh Ganjar sangat berambisi untuk menjadi calon presiden. Salah satu buktinya adalah tingginya intensitas Ganjar menggunakan media sosial, bahkan sampai rela menjadi host dalam youtube.
Kata-kata Bambang ini seolah menguatkan arahan Puan kepada kader PDI Perjuangan.
“Pemimpin menurut saya, itu adalah pemimpin yang memang ada di lapangan dan bukan di media sosial. Media sosial diperlukan, media perlu. Tapi bukan itu saja. Harus nyata kerja di lapangan,” kata Puan seperti dikutip Kompas.com.
Tidak berhenti sampai di situ. Pada Selasa, 25 Mei 2021 di gedung parlemen, Bambang Wuryanto kembali menyinggung peranan Puan saat pemilihan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Katanya, Ganjar hanya punya uang Rp600 juta saat hendak maju. Puan Maharani yang kemudian berperan menjadi “panglima tempur” menaikkan elektabilitas Ganjar hingga akhirnya terpilih.
Adanya masalah internal secara terbuka seperti ini memang sangat jarang dipertontonkan kader PDI Perjuangan. Misalnya saat ada kader pro dan kontra soal Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjadi calon gubernur DKI Jakarta. Memanasnya situasi internal ketika itu---ditandainya dengan pengunduran diri kader senior Boy Sadikin---tidak sampai menjadi persoalan terbuka. Lalu mengapa persoalan Ganjar Pranowo tidak diundang dalam acara pengarahan di Semarang diangkat secara terbuka ke publik?
Baca Juga: Pengamat Sebut Ganjar Punya Dukungan di Luar Massa PDIP, Benarkah Puan Cemburu?
Tidak salah bila kemudian ini dikaitkan dengan persaingan meraih tiket calon presiden Pemilu 2024. Setelah Presiden Joko Widodo terpilih dua periode, PDI Perjuangan perlu figur baru. Adalah fakta jika dalam berbagai jajak pendapat yang dilakukan lembaga survei, Ganjar Pranowo adalah satu-satunya kader PDI Perjuangan yang punya elektabilitas tinggi bersaing dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto atau Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Adalah fakta juga bila Ganjar tidak punya “darah biru” seperti Puan Maharani. Jadi kalau Ganjar punya popularitas, Puan punya kekuasaan dalam partai.
Jawa Tengah merupakan salah satu basis kekuatan utama PDI Perjuangan, Loyalitas kader di Jawa Tengah tak perlu diragukan. Puan Maharani melenggang ke Senayan dari daerah pemilihan Jawa Tengah V dengan raihan 404.034 suara. Ini adalah suara terbanyak untuk calon anggota legislatif berdasarkan hitungan KPU untuk Pemilu 2019. Joko Widodo yang saat ini menjabat Presiden RI berasal dari Kota Solo.
Namun, Megawati juga pernah dikecewakan saat Pemilu Presiden 2009. Megawati yang berpasangan dengan Prabowo Subianto kalah telak dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono. Ketika itu, Jawa Tengah dipimpin Gubernur Bibit Waluyo didampingi kader PDI Perjuangan Rustriningsih sebagai wakil gubernur. Bisa jadi, masalah internal antara Puan dan Ganjar sengaja dibuka untuk menguatkan soliditas di Jawa Tengah.
Baca Juga: Soal Kisruh Hubungan Ganjar-Puan, Pengamat Politik: Itu untuk Mengukur Kekuatan Capres dari PDIP
Bisa juga sebagai politik “test the water” untuk memancing reaksi publik, siapa sebenarnya paling diterima Ganjar atau Puan.
Masih ada waktu berkompetisi menuju 2024 dan semuanya akan tergantung keputusan Megawati selaku pemegang hak prerogatif untuk memilih capres dan cawapres.
Penulis : Desy-Hartini
Sumber : Kompas TV