Pemimpin ISIS Abu Khadija Tewas dalam Serangan Udara Gabungan AS-Irak
Kompas dunia | 15 Maret 2025, 23:13 WIBISIS pertama kali mendeklarasikan “kekhalifahan” pada 2014 setelah merebut sebagian besar wilayah Irak dan Suriah.
Kelompok ini menerapkan aturan ekstrem berbasis interpretasi keras syariah Islam dan melakukan berbagai aksi kekerasan.
Baca Juga: Pelaku Penabrakan di New Orleans Ternyata Veteran Militer AS, Disebut Terinspirasi ISIS
Meski dinyatakan kalah pada akhir 2017, ISIS masih memiliki sel-sel tidur yang kerap melancarkan serangan terhadap pasukan keamanan Irak dan Suriah. Kelompok ini juga diketahui tetap aktif di wilayah gurun yang luas di Suriah.
Kematian Al Rifai menjadi pukulan besar bagi ISIS, tetapi pengamat memperingatkan bahwa ancaman dari kelompok itu masih ada.
Operasi ini terjadi di tengah tekanan politik di Irak terkait keberadaan pasukan AS. Saat ini, sekitar 2.500 tentara AS masih bertugas di Irak.
Beberapa kelompok politik dan milisi bersenjata yang didukung Iran mendesak Pemerintah Irak untuk mengakhiri kehadiran militer AS.
Pemerintah Irak dan AS sebelumnya telah menyepakati bahwa koalisi internasional akan mengakhiri misinya di Irak dalam satu tahun ke depan, sementara kehadiran pasukan di wilayah Kurdistan otonom akan berlanjut hingga September 2026.
Di sisi lain, Suriah juga menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan Irak dalam menghadapi ancaman ISIS.
Menteri Luar Negeri Suriah Asaad Al Shaibani menegaskan bahwa keamanan kedua negara saling berkaitan.
“Keamanan Suriah adalah bagian dari keamanan Irak,” ujarnya dalam konferensi pers di Baghdad bersama Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein.
Dalam pertemuan itu, kedua negara membahas secara rinci pergerakan ISIS di perbatasan serta strategi pengamanan di wilayah rawan.
Baca Juga: Joe Biden Blak-blakan Temuan FBI Terkait Pelaku Penabrak di New Orleans, Terkait ISIS?
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari
Sumber : The National News