> >

Gencatan Senjata Israel-Palestina Terus Diupayakan, Meski Rintangan Masih Menghadang

Kompas dunia | 7 Januari 2025, 16:29 WIB
Demonstran Israel berada di depan kantor perdana menteri Israel di Yerusalem. Mereka memegang foto Liri Albag dan sandera lainnya dalam protes menuntut pembebasan para sandera, Minggu, 5 Januari 2025. (Sumber: Foto AP/Ohad Zwigenberg)

YERUSALEM, KOMPAS.TV — Israel dan Palestina berupaya bergerak maju menuju gencatan senjata yang diharapkan. Israel  ingin  mengakhiri perang selama 15 bulan di Gaza dan membebaskan puluhan warga mereka yang disandera di Gaza.

Baik Israel maupun Palestina berada di bawah tekanan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden terpilih Donald Trump untuk mencapai kesepakatan sebelum pelantikan presiden baru pada 20 Januari. 

Meskipun, kedua belah pihak telah hampir mencapai kesepakatan sebelumnya, tetapi pembicaraan tersebut gagal karena berbagai masalah yang masih menemui jalan buntu.

Putaran negosiasi terakhir telah macet karena terganjal nama-nama sandera yang akan dibebaskan pada tahap pertama gencatan senjata. Hal ini diungkapkan oleh pejabat Israel, Mesir, dan Hamas, yang berbicara dengan syarat anonim karena negosiasi masih berlangsung.

Israel menginginkan jaminan bahwa para sandera masih hidup, sementara Hamas mengatakan bahwa setelah berbulan-bulan pertempuran sengit, mereka tidak yakin siapa sandera yang masih hidup dan siapa sandera yang sudah tewas.

Baca Juga: Sudah 8 Bayi Tewas Membeku di Gaza, Gempuran Israel Bunuh 200 Orang dalam 3 Hari

Seperti dikutip dari The Associated Press, menurut para sumber, gencatan senjata tahap pertama diperkirakan berlangsung selama enam hingga delapan minggu. Tahap pertama akan mencakup penghentian pertempuran, pembebasan tahanan Palestina, dan peningkatan bantuan yang masuk ke Jalur Gaza. 

Sedangkan tahap terakhir akan mencakup pembebasan sandera yang tersisa, diakhirinya perang, dan pembicaraan tentang rekonstruksi dan siapa yang akan memerintah Palestina di masa mendatang.

"Jika kita tidak menyelesaikannya dalam dua minggu ke depan, saya yakin itu akan selesai pada suatu saat, mudah-mudahan lebih cepat daripada lambat," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Seoul pada Senin (6/1/2025).

Namun demikian, kesepakan gencatan senjata tersebut masih terganjal berbagai permasalahan. Berikut adalah masalah-masalah utama yang menghambat kesepakatan damai.

Pembebasan Sandera dari Gaza

Selama serangannya pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan, Hamas dan kelompok-kelompok lain menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa sekitar 250 sandera ke Gaza. Gencatan senjata pada November 2023 membebaskan lebih dari 100 sandera, sementara sandera yang lain telah diselamatkan atau jasad mereka telah ditemukan selama setahun terakhir.

Israel mengatakan sekitar 100 sandera masih berada di Gaza. Namun demikian, sekitar sepertiganya diyakini tewas selama serangan 7 Oktober atau meninggal dalam penahanan.

Gelombang sandera pertama yang akan dibebaskan diperkirakan sebagian besar terdiri dari wanita, orang tua, dan orang-orang dengan kondisi medis tertentu. 

Pada hari Senin, seorang pejabat Hamas membuka daftar 34 nama sandera yang dijadwalkan untuk dibebaskan. Seorang pejabat Mesir mengonfirmasi bahwa daftar tersebut telah menjadi fokus diskusi baru-baru ini.

Namun, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan nama-nama tersebut berasal dari daftar yang telah diserahkan Israel beberapa bulan lalu. "Sampai saat ini, Israel belum menerima konfirmasi atau komentar apa pun dari Hamas mengenai status sandera yang muncul dalam daftar tersebut," katanya.

Seorang pejabat Hamas pada hari Senin merilis daftar 14 nama yang menurut mereka telah dihapus oleh Israel dan diganti dengan nama-nama lain. Israel tidak menanggapi daftar tersebut, tetapi mereka telah menyatakan bahwa 14 orang tersebut sudah tewas.

Seorang pejabat Israel mengatakan kebuntuan saat ini terjadi karena penolakan Hamas untuk memberikan informasi tentang kondisi para sandera. Sementara itu, seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa tidak seorang pun tahu tentang kondisi semua sandera. Pejabat Hamas mengatakan bahwa karena perang, mereka tidak dapat memberikan data sandera secara lengkap sampai terjadinya gencatan senjata.

Baca Juga: Timur Tengah Terkini: Serangan Udara Israel di Gaza Menewaskan Sedikitnya 50 Orang

Jeda Sementara atau Menghentikan Perang?

Keluarga sandera dilaporkan marah terhadap laporan tentang pendekatan gencatan senjata yang akan dilakukan secara bertahap. Mereka menyatakan bahwa pemerintah seharusnya mengejar kesepakatan yang membebaskan semua tawanan sekaligus. Mereka mengatakan waktu hampir habis untuk membawa para sandera untuk pulang dengan selamat.

“Pagi ini, saya dan semua orang di Israel terbangun dan mendapati bahwa negara Israel telah menyusun Daftar Schindler (mengacu pada Schindler's List di zaman perang dunia II, red) - 34 orang yang akan dapat memeluk keluarga mereka lagi, dan 66 orang lainnya nasibnya akan ditentukan kemudian,” kata Yotam Cohen, yang saudara laki-lakinya Nimrod seorang tentara Israel yang disandera. Nama Nimrod tidak muncul dalam daftar yang dipublikasikan.

Netanyahu mengatakan bahwa ia mendukung kesepakatan parsial yang menghentikan perang, tetapi ia telah menolak tuntutan Hamas untuk penarikan penuh Israel yang akan mengakhiri perang. Sebelumnya Netanyahu telah bersumpah untuk terus berjuang sampai ia mencapai kemenangan total, yang termasuk penghancuran kemampuan militer Hamas.

Pembebasan Tahanan Palestina di Israel

Dalam salah satu bagian dari kesepakatan tersebut, Israel diharapkan membebaskan ratusan warga Palestina yang dipenjara, termasuk puluhan orang yang dihukum karena serangan berdarah.

Israel memiliki sejarah pembebasan tahanan dalam skala besar, dan ratusan orang dibebaskan dalam kesepakatan November 2023. Namun, kedua belah pihak tidak sepakat mengenai jumlah pasti dan nama tahanan yang akan dibebaskan. Hamas menginginkan tahanan terkenal disertakan dalam pembebasan. Pejabat Israel telah mengesampingkan pembebasan Marwan Barghouti, yang berada di puncak daftar keinginan Hamas untuk dibebaskan.

Koalisi pemerintahan Netanyahu mencakup kelompok garis keras yang menentang pembebasan tahanan yang terkenal. Beberapa orang di pemerintahannya bahkan berjanji untuk keluar dari pemerintahan jika terlalu banyak konsesi yang diberikan. Mereka merujuk pada pembebasan tahanan tahun 2011 yang mencakup mantan pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang pada akhirnya menjadi aktor utama serangan 7 Oktober dan menjadi pemicu perang besar hingga saat ini.

Baca Juga: Netanyahu Akhirnya Setuju Kirim Delegasi Israel ke Qatar, Negosiasi Perdamaian Gaza Kembali Dimulai

Kembalinya Warga Palestina ke Rumah Mereka di Gaza

Menurut perkiraan PBB, perang telah membuat sekitar 90% dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi. Sektor utara merupakan wilayah yang terkena dampak paling parah, dan sebagian besar telah dikosongkan.

Selama tahap pertama kesepakatan yang sedang dikembangkan, Israel diharapkan akan menarik pasukan dari pusat-pusat populasi Palestina dan mengizinkan sebagian pengungsi untuk kembali ke rumah mereka di Gaza. Namun, sejauh mana penarikan mundur Israel dan jumlah orang yang diizinkan untuk kembali ke Gaza masih harus ditentukan kemudian.

 

Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus

Sumber : The Associated Press


TERBARU