Perayaan Natal di Gaza: Tak Ada Sinterklas, Tak Ada Hadiah, Hanya Bom
Kompas dunia | 24 Desember 2024, 20:55 WIBNamun, keterbatasan membuat perayaan itu jauh dari semarak. Bantuan makanan dan obat-obatan yang dikirim oleh Patriarkat Latin Yerusalem tertahan di pos pemeriksaan Israel.
"Kami hanya menerima tepung, kacang, dan kertas toilet. Bahkan obat-obatan untuk anak-anak tidak sampai," ujar Pastor Ferrero.
Di tengah penderitaan, dukungan moril datang dari Vatikan. Setiap malam, Paus Fransiskus menghubungi Gereja Keluarga Kudus untuk memberikan doa dan penghiburan.
Suaranya yang dipancarkan melalui pengeras suara menjadi sumber kekuatan bagi umat yang berlindung di sana.
Baca Juga: Kekerasan Israel di Gaza Berlangsung Intens, PBB Ungkap Pengiriman Bantuan Hampir Mustahil
“Bayangkan Paus menelepon setiap hari dan bertanya, 'Apa kabar?'” kata Pastor Ferrero.
“Paus Fransiskus menelepon setiap malam, kecuali saat ia sedang bepergian. Ia meminta kita untuk tetap kuat dan memberi kita berkat.”
"Paus meminta kita untuk beriman, mengatakan seluruh gereja berdoa untuk perdamaian. Ia selalu menyemangati kita,” ungkapnya.
Sementara itu, di Bethlehem, Gereja Lutheran merayakan Natal dengan simbolisme yang menyentuh.
Sebuah adegan kelahiran Yesus di tengah reruntuhan dipajang untuk menggambarkan penderitaan Gaza.
Bayi Yesus yang dibungkus keffiyeh, syal khas Palestina, menjadi simbol harapan di tengah kehancuran.
“Masyarakat kami masih menghadapi genosida di Gaza, jadi kami akan fokus pada doa sebagai makna Natal yang sebenarnya,” kata Rev Munther Isaac, pastor Gereja Lutheran di Bethlehem.
“Kami mengirimkan pesan harapan kepada masyarakat kami karena kami percaya ketahanan dan harapan berjalan beriringan," ucapnya.
Baca Juga: Bethlehem Bersiap Rayakan Natal, Kirim Doa dan Harapan Perdamaian di Palestina
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Desy-Afrianti
Sumber : The National