Terungkap, Korea Utara Produksi Rudal Balistik untuk Rusia, Digunakan dalam Perang Ukraina
Kompas dunia | 19 Desember 2024, 08:40 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV — Korea Utara menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka memproduksi rudal balistik dan memasoknya ke Rusia. Rudal ini kemudian digunakan Rusia untuk melawan Ukraina, hanya dalam hitungan beberapa bulan setelah diproduksi.
Hal ini diungkapkan oleh Jonah Leff, Kepala Conflict Armament Research, yang merupakan organisasi penelitian yang melacak senjata yang digunakan dalam perang, Rabu (18/12/2024).
Leff mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa para peneliti di lapangan telah memeriksa sisa-sisa empat rudal dari Korea Utara yang ditemukan di Ukraina pada bulan Juli dan Agustus. Salah satu rudal yang diteliti, ternyata memiliki tanda yang menunjukkan waktu produksi pada tahun 2024.
"Ini adalah bukti publik pertama bahwa rudal telah diproduksi di Korea Utara dan kemudian digunakan Rusia di Ukraina dalam hitungan bulan, bukan tahun," kata Leff seperti dikutip dari The Associated Press.
Ia juga mengatakan bahwa organisasi yang dipimpinnya, Conflict Armament Research, tanpa ragu telah menetapkan bahwa sisa-sisa rudal balistik yang ditemukan di Ukraina awal tahun ini berasal dari rudal yang diproduksi di Korea Utara.
Baca Juga: Kepala Pasukan Pertahanan Nuklir Rusia Tewas akibat Ledakan di Moskow
Organisasi yang berbasis di Inggris itu didirikan pada tahun 2011 untuk mendokumentasikan dan melacak senjata yang digunakan dalam konflik. Mereka telah bekerja di Ukraina sejak tahun 2018.
Sebelumnya, media pemerintah Korea Utara melaporkan bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjanji negaranya akan selalu mendukung perang Rusia di Ukraina. Hal ini diungkapkan Kim ketika ia bertemu dengan kepala pertahanan Rusia pada akhir November lalu.
Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia keberatan dengan kehadiran Leff pada pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk kedua kalinya ini. Sebelumnya, Leff juga pernah memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB pada akhir Juni lalu. Ia mengeklaim Leff mewakili NATO dan Uni Eropa, dan mempertanyakan apakah organisasinya dapat memberikan penilaian yang objektif.
Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield membalas, Rusia sebelumnya telah memveto sebuah resolusi yang mengakhiri pemantauan sanksi terhadap Korea Utara oleh para ahli PBB. Peristiwa ini membuat organisasi seperti Conflict Armament Research yang disegani menjadi semakin kritis.
“Rusia dan Korea Utara terlibat dalam transfer dan pelatihan senjata yang melanggar hukum, yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap sejumlah resolusi Dewan Keamanan," kata Thomas-Greenfield.
Leff mengatakan analisisnya menyoroti tiga pengamatan tentang aktivitas rudal Korea Utara.
“Penelitian tersebut mengonfirmasi penggunaan rudal balistik Korea Utara di Ukraina,” kata Leff. Ia menambahkan, dalam rudal itu ditemukan tanda produksi 2024 yang menunjukkan bahwa rudal ini diproduksi dan digunakan pada tahun yang sama.
Baca Juga: AS Sebut Puluhan Tentara Korea Utara Tewas di Perang Rusia-Ukraina
Leff juga mengatakan keberadaan komponen rudal yang baru diproduksi bukan dari Korea Utara. Beberapa komponen rudal diketahui memiliki tanda produksi 2023.
Sementara itu, Duta Besar Korea Utara untuk PBB Kim Song menegaskan bahwa hubungannya dengan Rusia merupakan hubungan yang berkontribusi positif bagi perdamaian dan keamanan internasional, dan sama sekali tidak dapat dikritik.
Sebaliknya, ia malah menuduh AS dan sekutunya yang memicu konfrontasi dan perselisihan antarnegara, dengan melakukan intervensi militer di seluruh dunia dan memberikan bantuan militer senilai miliaran dolar kepada Ukraina. Salah satu bantuan militer yang diberikan AS kepada Ukraina adalah senjata jarak jauh.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Vyara-Lestari
Sumber : The Associated Press