Mayotte Prancis Diterjang Badai Terburuk dalam Seabad, Ribuan Orang Diduga Tewas
Kompas dunia | 17 Desember 2024, 10:35 WIBBandara utama di Mayotte saat ini hanya digunakan untuk pengangkutan bantuan setelah menara kontrolnya rusak parah.
Untuk membantu penanganan darurat, pemerintah Prancis mengirimkan 1.500 personel tambahan, termasuk 400 polisi dan teknisi infrastruktur.
Sebuah rumah sakit darurat dijadwalkan tiba pada Kamis mendatang untuk menggantikan fasilitas kesehatan yang rusak akibat banjir.
Kehancuran yang ditinggalkan Badai Chido diperburuk oleh kurangnya kesiapan warga karena banyak penduduk yang tidak memercayai peringatan akan dahsyatnya badai tersebut.
Sebagian besar memilih tetap tinggal di rumah demi menjaga harta benda mereka risiko penjarahan.
Warga di kawasan kumuh yang tinggal di bangas—permukiman informal di Mayotte—termasuk yang paling rentan terdampak.
Migran yang tinggal di Mayotte juga enggan mencari perlindungan karena takut dideportasi.
Mayotte merupakan salah satu wilayah termiskin di Prancis di mana tiga perempat penduduknya hidup dalam kemiskinan, dengan pendapatan tahunan rata-rata hanya seperdelapan dari pendapatan penduduk Paris.
Baca Juga: Topan Usagi Picu Evakuasi Besar-besaran di Filipina, Badai Kuat Kelima dalam Tiga Minggu
Ketidakpuasan warga terhadap pengelolaan wilayah terus meningkat, dengan munculnya dukungan terhadap partai sayap kanan National Rally.
Tahun lalu, protes besar-besaran pecah akibat kekurangan air yang dipicu oleh kekeringan dan mismanajemen.
Setelah menghancurkan Mayotte, Badai Chido bergerak ke barat dan mendarat di Mozambik pada Minggu (15/12).
Badai ini menewaskan tiga orang, melukai 34 lainnya, dan merusak infrastruktur di empat sekolah. Di Malawi, dua orang dilaporkan meninggal.
Chido menjadi pengingat akan ancaman siklon yang kerap melanda kawasan Samudra Hindia bagian barat daya.
Sebelumnya, Badai Freddy tahun lalu menewaskan lebih dari 1.000 orang di beberapa negara di kawasan ini, termasuk Mozambik, Malawi, dan Zimbabwe.
Parlemen Eropa turut mengheningkan cipta bagi para korban Siklon Chido pada Senin. Presiden Parlemen Eropa, Roberta Metsola, menegaskan bahwa Mayotte adalah bagian dari Eropa.
“Mayotte adalah Eropa, dan Eropa tidak akan meninggalkan kalian," ujarnya.
Baca Juga: Buntut Bentrokan Amsterdam, Prancis Larang Bendera Palestina di Laga Israel vs Prancis
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press