Dua Kelompok Pemberontak Bertempur di Timur Laut Suriah, 100.000 Penduduk Terpaksa Mengungsi
Kompas dunia | 12 Desember 2024, 18:29 WIBDAMASKUS, KOMPAS.TV - Organisasi Human Rights Watch (HRW) melaporkan bahwa lebih dari 100.000 penduduk di timur laut Suriah terpaksa mengungsi akibat pertempuran antara dua kelompok pemberontak yang berlangsung sejak akhir November 2024.
Eskalasi di wilayah timur laut Suriah meningkat usai pemberontak yang didukung Turki, Syrian National Army (SNA) menyerang wilayah yang dikontrol pemberontak yang didukung Amerika Serikat (AS), Syrian Democratic Forces (SDF).
Baca Juga: Suriah, Tanah Para Nabi yang Dilanda Konflik
HRW melaporkan para pengungsi dalam kondisi memprihatinkan karena kekurangan pasokan pangan, air bersih, dan layanan kesehatan.
"Situasi ini memperburuk krisis yang telah berlangsung lama dan akut, dengan kamp-kamp (pengungsian) yang penuh dan infrastruktur rusak, kurangnya air, listrik, layanan kesehatan, pangan, dan tempat pengungsian yang tahan cuaca," demikian keterangan HRW dikutip Al Jazeera, Kamis (12/12/2024).
HRW meminta semua pihak yang terlibat perang saudara Suriah menjamin tersalurnya bantuan kemanusiaan dan jalur pengungsian yang aman.
Sementara itu, organisasi Dokter Lintas Batas (MSF) melaporkan puluhan ribu penduduk terpaksa mengungsi di daerah Tabqa, Raqqa, dan Al-Hasakah.
Di Tabqa, MSF melaporkan para pengungsi menempati sekolah dan stadion. Tempat-tempat pengungsian disebut tak mampu menampung pengungsi dan pasokan makanan untuk para pengungsi kurang.
"Kakus, air bersih, dan makanan yang ada tidak cukup. Pihak berwenang tidak punya waktu dan sumber daya yang cukup untuk mepersiapkan kedatangan pengungsi. Layanan kesehatan di sejumlah daerah yang dibajiri pengungsi kewalahan," demikian keterangan MSF.
Serangan SNA ke wilayah yang dikontrol SDF dilaporkan terjadi saat pemberontak yang dipimpin Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) menyerang pemerintahan Bashar Al-Assad. Serangan HTS berhasil merebut Damaskus pada 8 Desember dan membuat Presiden Suriah kabur ke Rusia.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Al Jazeera